Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Senin, 11 Mei 2009

Saat-saat Terakhir Gereja Lama Kolhua

Misa terakhir di gereja lama St FA BTN Kolhua-Kupang berlangsung pada hari Minggu, 10 Mei 2009. Misa dipimpin Pastor Paroki St. Familia Sikumana, Rm. Kornelis Usboko, Pr. Mulai tanggal 11 Mei 2009 gereja lama dibongkar para pekerja dan tukang. Pembongkaran itu perlu dilakukan demi memudahkan pembangunan atap dan tembok gereja baru di lokasi yang sama. Sejak tanggal 5 Mei 2009, umat Stasi Kolhua kerja bakti membuat gereja sementara (darurat) di lantai satu. Gambar di bawah ini diabadikan Dion DB Putra pada hari Senin, 11 Mei 2009.


Selamat tinggal kenangan


Pembongkaran segera terjadi

Gedung Gereja Lama akan tinggal kenangan

Postur gedung gereja baru. Bakal megah??

Gereja darurat. Untuk sementara misa di sini

Gereja darurat

Istirahat sejenak sambil main catur


   Sisi selatan gereja Kolhua           
                                   


Para pekerja bersiap-siap 

Tak lama lagi akan dibongkar



Lanjut...

Sabtu, 10 Januari 2009

Fransiskus Asisi Berkhotbah pada Burung, Ikan dan Serigala

St. Fransiskus adalah seorang santo yang hebat yang cocok untuk kamu jadikan teladan hidupmu. Bahkan hingga kini Ordo Fransiskan (O.F.M. = Ordo Fratrum Minorum = Ordo Friars Minor = Ordo Saudara-saudara Dina) yang didirikannya masih terus tumbuh dan berkembang. 

Fransiskus dilahirkan di kota Assisi, Italia pada tahun 1181. Ayahnya bernama Pietro Bernardone, seorang pedagang kain yang kaya raya, dan ibunya bernama Donna Pica. Di masa mudanya, Fransiskus lebih suka bersenang-senang dan menghambur-hamburkan harta ayahnya daripada belajar. Ketika usianya 20 tahun, Fransiskus ikut maju berperang melawan Perugia. Ia tertangkap dan disekap selama satu tahun hingga jatuh sakit. Pada masa itulah ia mendekatkan diri kepada Tuhan. Setelah Fransiskus dibebaskan, ia mendapat suatu mimpi yang aneh. Dalam mimpinya, ia mendengar suara yang berkata, "layanilah majikan dan bukannya pelayan." 

Setelah itu Fransiskus memutuskan untuk hidup miskin. Ia pergi ke Roma dan menukarkan bajunya yang mahal dengan seorang pengemis, setelah itu seharian ia mengemis. Semua hasilnya dimasukkan Fransiskus ke dalam kotak persembahan untuk orang-orang miskin di Kubur Para Rasul. Ia pulang tanpa uang sama sekali di sakunya. Suatu hari, ketika sedang berdoa di Gereja St. Damiano, Fransiskus mendengar suara Tuhan, "Fransiskus, perbaikilah Gereja-Ku yang hampir roboh". Jadi, Fransiskus pergi untuk melaksanakan perintah Tuhan. Ia menjual setumpuk kain ayahnya yang mahal untuk membeli bahan-bahan guna membangun gereja yang telah tua itu. 

Pak Bernardone marah sekali! Fransiskus dikurungnya di dalam kamar. Fransiskus, dengan bantuan ibunya, berhasil melarikan diri dan pergi kepada Uskup Guido, yaitu Uskup kota Assisi. Pak Bernardone segera menyusulnya. Ia mengancam jika Fransiskus tidak mau pulang bersamanya, ia tidak akan mengakui Fransiskus sebagai anaknya dan dengan demikian tidak akan memberikan warisan barang sepeser pun kepada Fransiskus. Mendengar itu, Fransiskus malahan melepaskan baju yang menempel di tubuhnya dan mengembalikannya kepada ayahnya. 

Kelak, setelah menjadi seorang biarawan, Fransiskus baru menyadari bahwa yang dimaksudkan Tuhan dengan membangun Gereja-Nya ialah membangun semangat ke-Kristenan.

Pada tanggal 3 Oktober 1226, dalam usianya yang ke empatpuluh lima tahun Fransiskus meninggal dengan stigmata (Luka-luka Kristus) di tubuhnya. 

Tidak ada seorang pun dari pengikutnya yang menyerah dan mengundurkan diri setelah kematian Fransiskus, tetapi mereka semua melanjutkan karya cinta kasihnya dengan semangat kerendahan hati dan meneruskan kerinduannya untuk memanggil semua orang menjadi pengikut Kristus yang sejati. 

Santo Fransiskus adalah santo pelindung binatang dan anak-anak. Pestanya dirayakan setiap tanggal 4 Oktober. (*)

Sumber http://yesaya.indocell.net/id39.htm
Lanjut...

KAK Gelar Pelatihan Keuangan Mikro bagi Para Imam

KUPANG, NTT -- Setelah belajar tentang keuangan mikro sebagai sarana untuk menjawab kemiskinan, para imam Keuskupan Agung Kupang sepakat untuk menghidupkan kembali koperasi di setiap paroki. 

Keuskupan agung yang berpusat di Kupang, ibukota Propinsi Nusa Tenggara Timur, mengadakan pelatihan itu dari tanggal 12 hingga 17 Maret di rumah retret Suster-Suster Abdi Roh Kudus (SSpS) di Kampung Belo, Kupang. 

Hadipurnama Chandra, anggota pengurus inti Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Konferensi Waligereja Indonesia (Komisi PSE KWI), memimpin pelatihan itu. Pelatihan itu diikuti 47 pastor dari 22 paroki, komisi-komisi dan lembaga keuskupan serta 4 pekerja awam dari komisi PSE keuskupan agung itu. 

Chandra mengatakan kepada UCA News pelatihan untuk memperkenalkan prinsip-prinsip keuangan mikro kepada para pastor agar dalam kegiatan pastoralnya mereka memiliki wawasan tentang bagaimana “membantu mensejahterakan umatnya”. 

Topik-topik yang diberikan antara lain pengertian keuangan mikro, lembaga keuangan mikro, kemiskinan permasalahan bersama, langkah-langkah untuk menjadi lembaga simpan-pinjam, uang sebagai jasa pastoral, keberhasilan kredit mikro, dan simpan-pinjam sebuah institusi jasa keuangan. 

Setelah presentasi, diskusi, dan sharing, peserta sepakat untuk menghidupkan kembali Yayasan Pengembangan Sosial Ekonomi Keuskupan Agung Kupang (Yapenskak) dan untuk membentuk atau menghidupkan kembali koperasi-koperasi di setiap paroki. 

Uskup Agung Kupang Mgr. Petrus Turang memberikan masukan dalam pelatihan itu tanggal 16 Maret. Ia mengatakan yayasan itu adalah organisasi nonprofit yang menyelamatkan orang dari keterpurukan ekonomi dan kemiskinan. Menghidupkan kembali Yapenskak sebagai wadah koperasi untuk keuangan mikro adalah “aksi nyata untuk menjawab pertanyaan apa yang harus dibuat Keuskupan Agung Kupang setelah menyelenggarakan pelatihan keuangan mikro”, lanjutnya. 

Uskup agung, yang mengetuai Komisi PSE KWI itu menjelaskan, keuangan mikro relevan dengan kepedulian dan misi pastoral Gereja untuk membantu orang miskin. Seorang imam, katanya, “...mempunyai kewajiban religius untuk memperhatikan kesejahteraan umat.” 

Uskup agung itu menjelaskan bahwa Yapenskak adalah sebuah gerakan bersama untuk memayungi kegiatan umat di paroki-paroki. Ia memprediksi, yayasan itu akan berkembang pesat jika semua umat Katolik keuskupan agung itu memberikan kontribusi seperti tabungan wajib serta tabungan lainnya. 

Menanggapi rencana peserta untuk menindaklanjuti pelatihan itu dengan membangun koperasi di setiap paroki, Uskup Agung Turang sepakat bahwa setiap paroki harus mempunyai koperasi. Namun ia menambahkan perhatian: “Anggota jangan melihat koperasi umat sebagai pelayanan karitatif tetapi sebagai usaha bersama untuk memerangi kemiskinan. Jadi harus dibedakan antara pelayanan karitatif dan usaha.” 

Menurut sekretaris uskup agung itu, Pastor Gerardus Duka, Yapenskak didirikan di keuskupan itu beberapa tahun lalu namun pengelolaannya tidak profesional. "Untuk menghidupkan kembali Yapenskak, sangat tepat, tapi harus dikelola oleh orang-orang yang profesional”, ujarnya. 

Uskup Agung Turang menutup pelatihan itu. Pada akhir pelatihan itu, para imam mengeluarkan enam poin rekomendasi yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan. Mereka ingin kegiatan simpan-pinjam dan koperasi harus menjadi gerakan bersama dalam membangun umat dan masyarakat di seluruh paroki dalam wilayah keuskupan itu. 

Imam-imam itu mengungkapkan perlunya wadah pendidikan dan pelatihan tentang keuangan mikro dan penguatan koperasi yang sudah ada di paroki-paroki. Mereka juga merekomendasikan untuk membentuk tim, yang difasilitasi oleh Komisi PSE keuskupan agung itu dan didukung oleh tenaga yang profesional, untuk mengatur segala yang berhubungan dengan gerakan bersama simpan-pinjam. 

Uskup Agung Turang mengatakan, tugas para pastor yakni “....mengumpulkan anggota dewan pastoral paroki, ketua-ketua KUB dan tokoh awam lainnya untuk melakukan sosialisasi hasil dari pelatihan itu.” 

Pastor Kornelis Usboko, pastor pembantu Paroki St. Familia Sikumana, mengatakan kepada UCA News, 21 Maret, ia menyambut baik kesepakatan para pastor itu dan dukungan Uskup Agung Turang. Dengan meningkatkan kesejahteraan ekonomi, “...para imam bekerja bukan hanya menyelamatkan jiwa tapi juga jasmani mereka”, tegas imam itu. 

Menurut data pemerintah Mei 2006, Keuskupan Agung Kupang memiliki 134.142 umat Katolik. Diantara mereka, 50.686 orang, atau 9.533 dari 22.791 keluarga, tergolong yang miskin. (*)


Sumber http://christianview.14.forumer.com/viewtopic.php?t=321
Lanjut...

Paroki St. Familia Gelar Lomba Solo Kidung Natal

KUPANG, PK--Paroki Santa Familia Sikumana Kupang menggelar lomba solo kidung natal untuk kategori sekami dan remaja. Lomba mulai digelar di aula paroki setempat, 27 Desember 2008.

Pastor Paroki St. Familia Sikumana-Kupang, Romo Kornelis Usboko, Pr, kepada Pos Kupang di Pastoran Sikumana, Jalan Oebolifo II-Kupang, Selasa (9/12/2008), melukiskan lomba tersebut sebagai salah satu ajang pembinaan iman kaum muda. 

Pembinaan iman, katanya, tidak hanya dilakukan melalui forum-forum dialogal formal tetapi melalui kegiatan yang sifatnya membangun minat dan bakat remaja.
Mendasari lomba kidung dimaksud sebagai bentuk pembinaan iman, Romo Kornelis meminta sekami dan remaja di paroki dan stasi-stasi untuk mengambil bagian dalam lomba tersebut. 

Romo Kornelis mengaku sudah menyampaikan agenda perlombaan tersebut ke semua stasi-stasi dalam paroki dan diumumkan pada misa hari Minggu (7/12/2008). Biaya pendaftaran untuk kategori sekami Rp 20.000/orang dan kategori remaja Rp 25.000/orang. "Lagu yang diperlombakan, baik wajib maupun pilihan, dapat diketahui para peserta pada saat pendaftaran di paroki yang mulai dibuka Selasa (9/12/2008)," ujar Romo Kornelis.

Untuk diketahui, Paroki Sta. Familia Sikumana Kupang telah menjadikan lomba solo kidung natal ini sebagai agenda tahunan. Tahun 2007 lalu, untuk kategori sekami, juara satu diraih Cecen Sudirman dari KUB St. Arnoldus Jansen, Stasi Santu Fransiskus Asisi Kolhua-Kupang. (eni)
Lanjut...

Jadi obyek wisata, Fetonai belum dilirik

NEKAMESE, SPIRIT--Pemerintah Kabupaten Kupang belum melirik panorama pantai di bagian selatan menjadi obyek wisata bahari. Salah satunya, Pantai Fetonai, Desa Tasikona, Kecamatan Nekamese. Pasir putih di sepanjang bibir pantai serta ombak dapat dimanfaatkan para turis untuk berjemur dan berselancar. Kendalanya, kondisi ruas jalan dari Kupang menuju desa itu sangat memrihatinkan.

Pantauan SPIRIT NTT, Senin (29/9/2008), wisata bahari sangat potensial dikembangkan di pantai selatan Fetonai, selain karena panorama pantainya indah, berpasir putih, bersih, hempasan ombak sangat cocok untuk berselancar, juga memberi peluang kepada warga setempat berkreasi memperoleh pendapatan tambahan.

Selama ini pendapatan warga Fetonai hanya berharap pada profesi sebagai nelayan dan menyadap nira. "Kalau pemerintah menata pantai ini menjadi obyek wisata, sangat membantu kami memperoleh pendapatan tambahan," ujar Obed, warga Fetonai, Senin (29/9/2008).

Namun untuk bepergian ke Fetonai saat ini harus ekstra hati-hati. Ruas jalan menuju wilayah itu sangat memrihatinkan. Permukaan jalan tanah berbatu-batu dan bergelombang karena sebelumnya tergerus erosi.

Pemerintah melalui rekanan mulai melakukan perbaikan dari Usapi Sonbai dengan melakukan pengerasan permukaan jalan. Namun warga mengharapkan perbaikan itu sampai di Fetonai karena kerusakan terparah pada beberapa titik sebelum memasuki Fetonai. Akibatnya, jarak tempuh normal Kupang-Fetonai dari 45 menit menjadi dua jam. Hal ini dialami rombongan DPP Sta. Familia Sikumana Kupang ketika mengantar beras bantuan dari PT Sido Muncul kepada umat di Stasi Fetonai. Berangkat dari Kupang pukul 09.00 wita tiba di Fetonai pukul 11.15 wita.

"Kasihan warga di sini (Fetonai), hidup dalam keterisolasian. Jalan sudah rusak parah. Pak tolong tulis ini supaya ada perhatian dari instansi terkait," ujar Ben Labre, warga BTN Kolhua Kupang. (eni) 

Lanjut...

Beras Sido Muncul untuk Umat Fetonai dan Bone

KUPANG, PK -- Pastor Paroki Sta. Familia Sikumana Kupang, Romo Kornelis Usboko, Pr, menyerahkan bantuan beras dan mie sedap dari PT Sido Muncul untuk umat Stasi Fetonai dan Bone, Kecamatan Nekamese, Kabupaten Kupang, Senin (29/9/2008). Sebelumnya, Sabtu (13/9/2008), bantuan sosial ini diserahkan Dirut PT Sido Muncul, Irwan Hidayat, kepada Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang, Pr, disaksikan Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya.

Disaksikan Pos Kupang, kemarin, meski bantuan baru diserahkan pukul 14.00 wita, umat Stasi Fetonai, Desa Tasikona, sudah berkumpul di kapela setempat pukul 11.00 wita untuk mendengarkan pesan-pesan rohani dan peneguhan dari Pastor Paroki Sta. Familia Sikumana Kupang, Romo Kornelis Usboko, Pr.

"Bantuan ini merangsang umat sekalian untuk membangun gereja mandiri. Misi lainnya, bantuan ini memotivasi Anda untuk bekerja keras," ujar Romo Kornelis yang saat itu didampingi Ketua DPP Sta. Familia Sikumana, Kanis Beka; Ketua DPS St. Fransiskus Asisi Kolhua, Sentis Medi; Penasihat DPS Asisi Kolhua, Ben Labre; dan Ketua Wilayah II Asisi Kolhua, Johanis Mau. 

"Semua umat, yang hadir maupun tidak hadir di kapela ini, mendapat bantuan beras ini. Setiap kepala keluarga mendapat satu karung beras. Jangan hanya ingat untuk diri sendiri," pesan Romo Kornelis. Sementara penyaluran beras untuk umat di Stasi Bone, kemarin, dilakukan oleh Delsos Keuskupan Agung Kupang. 

Kehadiran Ketua DPS St. Fransiskus Asisi Kolhua, Sentis Medi, di Fetonai, kemarin, sekaligus untuk memantau perkembangan pembangunan fisik kapela setempat sebagai tanggungan umat Stasi Fransiskus Asisi. Pembangunan Kapela Sta. Maria Ratu Damai Fetonai itu hampir rampung, menyisakan pemasangan plafon, lantai semen dan pembangunan menara. "Pembangunan harus dilanjutkan lagi khususnya lantai. Umat harus mengumpulkan pasir dan menyalurkan air sampai di lokasi kapela ini. Kalau sudah tersedia, umat di BTN menyalurkan semen dan langsung kerja," pesan Sentis.

Untuk diketahui, bantuan untuk umat Stasi Fetonai dan Bone merupakan gabungan sumbangan dari PT Sido Muncul senilai Rp 200 juta, partnernya seperti Mie Sedap berupa 2.000 karton mie instan senilai Rp 86,6 juta, Radja Besi Semarang senilai Rp 50 juta, Dwi Sapta Pratama Adv Rp 15 juta, Marimas Rp 10 juta, Antony Vharanat Rp 10 juta, PT Mane Indonesia Rp 10 juta, Firmenich Rp 20 juta dan Ibu Mona senilai Rp 2 juta. (eni) 
Lanjut...

Sekami Stasi St. Fransiskus Asisi berbagi kasih

Kupang, PK -- Sekitar 50 anak yang tergabung dalam Serikat Kepausan Anak-Anak Misioner (Sekami) Gereja Stasi Santu Fransiskus Asisi BTN Kolhua-Kupang, saling membagi kasih dengan sesama yang tak mampu dengan cara mengunjungi Panti Asuhan de Monfort Santa Familia-Sikumana, Minggu (23/4).

Kunjungan persaudaraan ini dipimpin Pembina Sekami Stasi Santu Fransiskus Asisi BTN Kolhua, Ny. Lusia Odjan bersama orangtua. Anak-anak Sekami bersama pembina dan orangtua mulai berangkat dari Gereja Stasi Santu Fransiskus Asisi BTN Kolhua sekitar pukul 10.00 Wita.

Menurut Ny. Lusia Odjan, yang biasa disapa Oma Odjan ini, kunjungan ini bertujuan untuk mengajak anak-anak Sekami melihat sisi hidup anak-anak yang lain selain dirinya yang menetap di panti-panti asuhan. "Kunjungan itu untuk menambah rasa kemanusiaan anak-anak Sekami sekaligus menyadari kalau dirinya memiliki keberuntungan dari sesamanya yang hidup di panti asuhan," kata Ny. Odjan.

Selain itu, kata Ny. Odjan, kebersamaan dengan anak-anak yatim piatu dapat menyadarkan anak-anak Sekami untuk bisa saling menolong kepada sesama. "Rasa ingin memberi, memberi pertolongan kepada sesama yang lain akan tumbuh dengan sendirinya apabila anak-anak diperkenalkan dengan sisi kehidupan yang lain selain kehidupan keluarganya sendiri," ujar Ny. Odjan.

Saat melakukan kunjungan tersebut, kata Ny.Odjan, anak-anak diwajibkan membawa makanan sendiri. Makanan yang disiapkan bukan hanya untuk dimakan oleh anak-anak Sekami, tetapi juga diberikan dan makan bersama anak-anak panti asuhan. Makan bersama ini, kata Ny Odjan, untuk mengajak anak-anak Sekami memberi miliknya kepada orang lain. (osa)


Mencari teman sendiri

SUASANA di Panti Asuhan de Monfort Santa Familia Sikumana hari Minggu (23/4) benar-benar ramai. Kedatangan puluhan anak Sekami Stasi Santu Fransiskus Asisi BTN Kolhua, pembina dan orangtua anak benar-benar membuat suasana di panti itu menjadi hidup. Di sana ada tawa, ada candaria, saling berbagi kasih dan menyanyi.

Kedatangan ‘tamu-tamu’ dari BTN Kolhua ini disambut empat suster selaku pembina panti asuhan berikut para anak-anak penghuni panti asuhan. Tak lama setelah acara penerimaan, dilakukan aneka lomba, seperti lomba gigit sendok, memasukkan lidi bendera ke dalam botol, serta lomba makan kerupuk. Dalam lomba ini, anak-anak Sekami berbaur dengan anak-anak panti mengikuti lomba demi lomba yang disiapkan pembina dari BTN Kolhua.

Sekitar pukul 11.30 Wita, bertepatan selesainya berbagai kegiatan lomba dilanjutkan dengan acara makan bersama. Ada hal menarik dalam acara makan bersama ini. Anak-anak Sekami yang semuanya datang dengan membawa bekal (makanan) lebih disuruh mencari teman sendiri di antara anak panti dan membagikebahagiaan dengan memberikan makanan yang telah disiapkan.

Permintaan ini pun spontan dijalankan anak-anak Sekami. Mereka ‘menyerbu’ anak-anak panti yang duduk di bagian selatan gedung panti. Tapi karena jumlah makanan yang dibawa lebih banyak dari jumlah anak panti maka ada di antara anak-anak Sekami yang tidak mendapatkan teman untuk diberikan makanan yang telah disiapkannya. Sebab, semua anak-anak panti sudah mendapatkan jatah makanan.

"Kami sudah tidak dapat teman lagi karena mereka (anak-anak panti, Red) semuanya sudah dapat nasi," kata seorang anak Sekami dan beberapa teman lainnya. Tapi, nasi yang telah disiapkan ini tidak disia-siakan karena anak-anak Sekami langsung diarahkan pembina untuk menyimpan nasinya di atas meja yang sudah disiapkan untuk dimakan anak-anak panti pada malam harinya. Kebahagian anak-anak Sekami, panti asuhan, dan para orangtua nampak terasa pada acara makan bersama ini. (kas)
Lanjut...

Jumat, 09 Januari 2009

Tumbuhkan minat baca Kita Suci

DALAM rangka memperingati Bulan Kitab Suci Nasional tahun 2007, Stasi St. Fransiskus Asisi, BTN-Kolhua, Kupang menggelar lomba baca kitab suci, quis dan teka teki silang (TTS) kitab suci. Kegiatan ini melibatkan pelajar dari SD sampai SLTA dan masyarakat umum berlangsung sejak 15 September sampai 30 September 2007, dibuka oleh Romo Joachim Konis, Pr (saat itu masih menjabat diakon) mewakili pastor paroki. Pembagian hadiah baru dilangsungkan pada Minggu (14/10/2007) di gereja stasi tersebut.

Ketua Dewan Pastoral Stasi BTN Kolhua, Kupang, Vincentius S Medi Sera, mengatakan, lomba baca kitab suci, quis dan TTS selain untuk memeriahkan bulan kitab suci nasional, juga untuk menumbuhkan minat baca kitab suci (KS) dan mempertebal pendalaman iman terhadap firman Tuhan yang tertera dalam ayat-ayat kitab suci tersebut. 

Panitia penyelenggara, kata Medi Sera, berusaha mengemas sejumlah kegiatan positif dan konstruktif bagi umat, khususnya kaum muda dan anak-anak di stasi tersebut untuk mengapresiasikan penghayatan firman Tuhan. 

Anak-anak sekolah yang mengikuti lomba baca dan quis kitab suci sangat antuasias mengikuti acara ini. Masing-masing peserta dari setiap kelompok umat basis (KUB) datang dengan para suporternya. Akibatnya, setiap hari Minggu ketika digelar lomba quis dan baca, gereja jadi ramai dengan para penonton.
Lomba baca kitab kategori SD menampilkan dewan juri, Ny. ML Odjan-Diaz, Emi Cheunvin dan Maria Dasman. Kategori SMP dewan jurinya, Helena Fernandez, Theresia Nona Manggut dan Domi Klau Bria, kategori SLTA dewan jurinya, Lily Nai Nuka, Peter R Manggut dan Wellem B Beribe. (*)

Para juara lomba baca kitab suci :
Kategori SD:
Juara I : Maria J. Candry Sudirman 
Juara II : Stefani Novi Ega B. Burin
Juara III : Helmin Larantukan 
Juara Harapan I: Yesi Paga
Juara Harapan II: Maria Ivanna Gan

Kategori SMP :
Juara I : Mauren Labre 
Juara II :Yoan Nuka
Juara III : Isabella Kilimandu
Juara Harapan I : Stefania Wora 
Juara Harapan II: Pricilla L.W Astuti R. Seda 
Juara Favorit : Ivanna Gan 

Kategori SLTA :
Juara I : Ensi Sero
Juara II : Kondradus Silvester Jenahut
Juara III : Lia 
Juara Harapan I : Bertha Novatlia Taku 
Lanjut...