Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Senin, 13 Oktober 2014

Stasi Fransiskus Asisi Kolhua Jadi Paroki

Uskup Turang berkati gereja baru St F Asisi Kolhua, 4 Oktober 2014
Gereja baru St Fransiskus dari Asisi Kolhua (foto Dion DBP)
KUPANG, PK--Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang, menegaskan, pemerintah, dalam hal ini gubernur, bupati/walikota, wajib membantu gereja-gereja sebagai bagian dari tugas pelayanan kemasyarakatan. Pasalnya, gereja dalam karya pewartaannya, ikut melaksanakan tugas pemerintah, bahkan mengambil alih, untuk memandirikan masyarakat.

Penegasan Uskup Turang ini disampaikan ketika memberikan sambutan seusai acara pentahbisan dan peresmian Gereja St. Fransiskus dari Asisi Kolhua, Sabtu (4/10/2014) siang. Uskup mencontohkan keterlibatan pemerintah dalam membantu gereja-gereja seperti di Kalimantan Barat.

"Gubernur Kalimantan Barat selalu membantu gereja (pembangunan fisik) untuk pengembangan iman umat," ujar uskup.

Pada kesempatan yang sama, Uskup Turang menetapkan Stasi St. Fransiskus dari Asisi,  Kolhua Kupang, menjadi paroki. Sebelumnya stasi ini masuk dalam wilayah Paroki Sta. Familia Sikumana Kupang.

Pengumuman Uskup Turang ini disambut gembira sekitar 1.000 umat Katolik Stasi Fransiskus dari Asisi,  Kolhua yang mengikuti misa  tersebut. Gereja St. Fransiskus dari Asisi yang berdiri megah di bukit Kolhua Kupang dibangun umat stasi ini secara swadaya  selama 12 tahun sejak 2002 silam.

Misa pentahbisan dan peresmian gereja ini dihadiri Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya; Wali Kota Kupang, Jonas Salean; Wakil Wali Kota, Herman Man; Dirjen Bimas Katolik Kemenag RI, Eusabius  Binsasi; Kakanwil Kemenag NTT, Sarman Marselinus;  Sekda NTT, Frans Salem; Ketua DPRD NTT Sementara, Alfridus Bria Seran; para donatur; tokoh agama; serta undangan lainnya. Sebagai tanda peresmian, Uskup Turang dan Gubernur Frans Lebu Raya menandatangani prasasti setelah misa pentahbisan gereja.

Uskup Agung Kupang lebih lanjut menyatakan, Stasi St. Fransiskus dari Asisi Kolhua baru efektif menjadi paroki  1 Januari 2015 mendatang. "Dalam beberapa bulan ini akan diurus administrasinya dan lain-lain. Tanggal 1 Januari 2015 saya akan pimpin misa peresmian paroki di gereja ini bertepatan dengan Hari Perdamaian Sedunia,"  kata Uskup kelahiran Tataaran, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, ini.


Saat memimpin misa, Uskup Turang menegaskan, Fransiskus dari Asisi tidak mengharapkan gedung megah. Suatu hari dia berdoa di Gereja St. Damianus yang nyaris rubuh. Saat itu Yesus membisiknya untuk memperbaiki gereja itu. Dia kembali kepada orangtuanya yang adalah pedagang, mencuri pakaian dan menjualnya dan hasil penjualan pakaian itu digunakan untuk memperbaiki gereja itu.
Ulah Fransiskus dari Asisi itu menimbulkan persoalan sampai ke uskup tapi Fransiskus bersikeras. Bahkan dia membuka pakaian dan menjual untuk pembangunan gereja lalu uskup memberikannya mantel untuk dipakai.

Uskup menegaskan, Fransiskus membangun dalam kesederhanaan dan kesahajaan. Corak kehidupan  Fransiskus dari Asisi, itu diteladani suster-suster ordo Fransiskan.
Dengan peningkatan status Kolhua, maka bertambah satu lagi paroki di Kota Kupang saat ini. Paroki yang sudah lebih dulu antara lain, Paroki Katedral Kristus Raja, Paroki St. Yoseph Naikoten, Sta. Maria Assumpta, Paroki St. Yoseph Pekerja Penfui, Paroki St. Matias Rasuk Tofa, Paroki Sta. Familia Sikumana dan Paroki Oeleta.

Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya dalam sambutannya mengucapkan selamat kepada umat Katolik di Stasi Kohua yang telah berhasil membangun gedung gereja. Hal senada disampaikan Dirjen Bimas Katolik Kemenag RI, Eusabius Bisasasi.   Sebagai wujud rasa syukur atas pentahbisan gereja dan peningkatan status stasi menjadi paroki, umat Kolhua bersukaria hingga Sabtu malam di halaman gereja tersebut. (osi/gem)            


Disambut Tari Hegong dan Kataga


SEJAK dibentuknya kepantiaan pentahbisan Gereja Stasi Fransiskus dari Asisi, umat antusias mulai dari kerja bakti membersihkan sisa material hingga persiapan dan memadati acara puncak Sabtu  (4/10/2014). 

Acara pentahbisan dan persemian gedung gereja itu berlangsung meriah. Rombongan Uskup Agung Kupang, Petrus Turang, Pr dan Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, dijemput dengan natoni adat, dilanjutkan dengan tarian hegong  menuju Aula TK St. Fransiskus Asisi untuk mengganti pakaian misa. Keluar dari aula TK itu, Uskup bersama 22 imam konselebran diantar dengan tarian kataga memasuki gedung gereja. Di tangga gereja sudah berdiri pagar ayu yang adalah petugas persembahan dengan busana adat dari berbagai etnis  NTT bahkan luar NTT.


Upacara diawali dengan pemberkatan air untuk pemberkatan gedung gereja. Setelah memberkati air, Uskup Turang berkeliling memerciki bagian luar gedung itu, lalu melepaskan dua ekor burung merpati oleh Uskup dan Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, dilanjutkan dengan pengguntingan pita oleh Ny. Eusabius Binsasi, istri dari Dirjen Bimas Katolik, diikuti pembukaan pintu oleh Uskup dengan memukul tongkat sebanyak tiga kali, lalu Uskup menyerahkan kunci kepada Pastor Stasi St. Fransiskus dari Asisi, Romo Frederik Simon Tamelab, Pr untuk membukanya.

Begitu pintu dibuka, umat dan tamu undangan berarakan masuk untuk mengikuti misa pentahbisan itu. Dalam misa pentahbisan, Uskup juga memberkati panti imam dan pengurapan tiang-tiang dalam gereja. Misa konselebran itu dimeriahkan koor gabungan Pasifika Sonora dan utusan umat dari masing-masing Kelompok Umat Basis (KUB).

Usai misa dilanjutkan dengan acara ramahtama yang diisi dengan berbagai acara hiburan dari masing-masing wilayah. Dalam sambutannya, Ketua Panitia Pentahbisan, Adrianus Ceme menyampaikan terima kasih kepada semua panitia serta umat yang berpartisipasi menyukseskan acara itu.

Dalam sambutannya Gubernur NTT, Frans Lebu Raya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi membangun gereja itu. Gubernur berjanji akan memberikan bantuan lagi untuk perampungan pembangunan gereja bagian luar dan item yang belum selesai, dan meminta Walikota Kupang, Jonas Salean yang hadir saat itu untuk membantu membangun drainase di jalan masuk gereja itu.

Gubernur juga keselo lidah menyebut gereja itu sebagai paroki, namun diralat karena hal itu merupakan ranahnya uskup.

Saat memberikan sambutan, Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang, Pr menyatakan stasi itu ditingkatkan menjadi paroki yang berlaku efektif mulai 1 Januari 2015. Paroki ini membahawi stasi Belo, Noelsinas, Kuaputu, Nefonaek dan Bone. Saat uskup menyampaikan itu umat histeris bergembira. Luapan kegembiraan itu dilanjutkan dengan acara hiburan dan acara bebas hingga tengah malam. (gem)      

       
Sumber: Pos Kupang 6 Oktober 2014 hal 9
Lanjut...

Tiga Even Bergulir di Stasi Asisi Kolhua

Gereja baru St Fransiskus Asisi Kolhua (foto Dion DBP)
PASTOR Stasi Santo Fransiskus Asisi, BTN Kolhua,  Romo Frederik Simon Tamelab, Pr meresmikan pembukaan Turnamen Asisi Cup I,  Sabtu (13/9/2014) pukul 17.00 wita,  di halaman depan gereja St Fransiskus.

Turnamen Asisi Cup I digelar Orang Muda Katolik (OMK) Stasi St Fransiskus Asisi, Kolhua menyambut peresmian Gereja St  Fransiskus Asisi, dan HUT peresmian gereja pada tanggal  4 Oktober mendatang.

Ketua panitia Asisi Cup I,  Kondradus Silvester Jenalut,  ditemui di sela-sela pembukaan even mengatakan, Asisi Cup I terdiri dari tiga even (turnamen), yakni futsal, voli dan catur  memperebutkan piala Asisi pertama.

Untuk lomba futsal khusus kategori anak-anak usia 15 tahun ke bawah. Lomba futsal antara kelompok umat basis (KUB) dalam wilayah Stasi St Fransiskus Asisi. Sedangkan turnamen voli digelar antar wilayah kategori peserta umum juga turnamen catur perorangan kategori umum. Kegiatan Asisi Cup I/2014   digelar 13-26 September.

Asisi Cup I  digelar  menyambut peresmian gereja sekaligus memupuk persaudaraan antara umat dalam Stasi Santo Fransiskus Asisi BTN Kolhua. "Kami berharap melalui even ini dapat mengasah bakat anak-anak baik itu bidang olaraga futsal, voli maupun catur sekaligus memupuk semangat sportivitas," ujar guru di SMPN 5 Kupang.


Romo Frederik Simon Tamelab, Pr dalam sambutannya mengatakan, Turnamen Asisi Cup I/2014 bertujuan  memupuk rasa persaudaraan diantara umat Stasi Santo Fransiskus Asisi.

"Saya berharap peserta tetap mengutamakan semangat persaudaraan dalam  turnamen ini," ujar Romo Simon.

Pantuan Pos Kupang, Asisi Cup I secara simbolis diawali dengan tendangan bola futsal oleh Rm Frederik Simon Tamelab, Pr. Cabor futsal diikuti 17 tim mewakili KUB masing-masing. Even ini mendapat sambutan meriah umat Stasi  St Fransiskus Asisi BTN Kolhua.

Laga pembuka diawali pertandingan persahabatan OMK Paroki Santa Familia Sikumana vs OMK Stasi Santo Fransiskus Asisi BTN Kolhua. (dd)

Sumber: Pos Kupang 14 September 2014 hal 6

Lanjut...

Relikwi St Fransiskus dari Asisi

Oleh Anton Bele
Warga Stasi Santu Fransiskus Asisi - Kolhua,
Paroki Santa Familia Sikumana, Kupang
 

KEHIDUPAN modern atau ultra modern zaman ini membuat kita enggan berbicara tentang hal-hal yang ilahi. Judul opini ini tentang hal yang ilahi itu. Relikwi, kata yang di-indonesiakan dari kata Latin, reliquia artinya, peninggalan dari orang kudus. Penghormatan terhadap relikwi atau peninggalan orang kudus (Santo dan Santa) ini sudah hidup dalam Gereja sejak abad pertama Masehi. 

Ada bukti tertulis dari tahun 156 Masehi bahwa relikwi atau peninggalan dari Santu Polykarpus yang dibunuh secara ngeri dengan dibakar di tiang pancang di Kota Smyrna, dihormati oleh orang-orang Kristen pada masa itu dengan cara berdoa kepada Tuhan sambil mengenangkan jasa dan teladan Santu Polykarpus.

Penghormatan terhadap Relikwi orang-orang kudus ini diakui oleh Gereja Katolik sebagai salah satu tradisi yang dikukuhkan dalam Kitab Hukum Kanonik dan diatur dengan ketentuan hukum yang harus dilaksanakan dengan cara yang benar dan sah. Konsili Trente yang berlangsung dari tahun 1545 sampai 1563, dalam salah satu keputusannya menetapkan penghormatan kepada orang-orang kudus melalui relikwi mereka ini sebagai satu tindakan yang dapat membawa umat untuk lebih dekat kepada kesucian di hadapan Tuhan.

Lanjut...