Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Minggu, 23 Januari 2011

Renungan Harian 24 Januari 2011

Bacaan:

Kis. 22:3-16 atau Kis. 9:1-22;
Mzm. 117:1.2;
Mrk. 16:15-18
Renungan:

Paulus bukanlah orang yang serba mulus perjalanan hidupnya. Ia mengalami masa gelap dan sempat menganiaya para pengikut Yesus. Namun perjumpaannya dengan Yesus mengubah segalanya, ia bertobat dan menjadi orang utama dalam pewartaan Injil ke seluruh dunia yang buah-buahnya sekarang ini dapat kita nikmati. Tentu saja dalam hal ini Paulus tidak sendirian, ia selalu ditemani oleh Yesus yang mencintainya. Semangat dan gerak Paulus itulah yang perlu kita teruskan sekarang ini.

Untuk itu diperlukan sikap tobat, yakni siap melepaskan kepentingan dan kesenangan pribadi. Selanjutnya memberi diri untuk pewartaan Kabar Gembira kepada semua manusia. Ada banyak cara yang bisa ditempuh sekarang ini. Apapun tugas dan pekerjaan yang sedang kita lakukan sekarang ini, dapat merupakan lahan subur bagi pewartaan Injil. Jangan lupa bahwa Anda juga diutus untuk menjadi pewarta Injil pada saat ini. Maka di tengah dunia yang menantang ini, kehadiran Anda sebagai seorang kristiani sungguh akan memberikan rahmat tersendiri bagi orang-orang yang sedang mencari arah hidupnya, yang banyak masalah dan putus asa. Tunjukkan Yesus kepada mereka melalui kesaksian hidup dan perjumpaan Anda dengan mereka.

(Renungan Harian Mutiara Iman 2011, Yayasan Pustaka Nusatama)
Lanjut...

Renungan Harian 23 Januari 2011

Minggu, 23 Januari 2011

Bacaan:

Ibr. 9: 15,24-28;
Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4,5-6;
Mrk. 3:22-30
Renungan:

Kuasa Yesus dipertentangkan dengan kuasa jahat. Dengan mudah orang menuduh Yesus melakukan berbagai mukjizat dengan kuasa jahat. Sikap menuduh sebagai sikap tidak senang dan menentang sikap baik yang dilakukan Yesus bagi orang yang membutuhkan pertolongan- Nya. Maka dengan jelas Yesus mengatakan bahwa tidaklah mungkin untuk hal baik orang menggunakan kuasa jahat, hal itu tentunya akan membuat perpecahan. Kebaikan berasal pula dari kebaikan dan bukan dari kejahatan serta dilakukan berdasarkan kasih yang tulus. Sikap Yesus inilah yang sampai sekarang terus diperjuangkan oleh semua orang yang mengikuti-Nya dan menamakan diri sebagai orang kristiani. Ada banyak tuduhan dan kadang fitnah yang diberikan kepada para pengikut Yesus, bahkan sampai ada yang dibunuh. Namun demikian, setiap orang kristen tidak pernah takut dalam membela kebenaran dan mewartakan kasih. Semuanya itu dilakukan demi kebaikan dan keselamatan banyak orang.

Zaman sekarang ini, kadang kita seperti domba di tengah serigala yang siap menerkam. Namun kita tidak perlu takut dan menyerah. Mungkin Anda termasuk orang yang sering mengalami ketidakadilan. Jangan mundur, karena Tuhan Yesus berada di pihak Anda. Walau Anda menderita, namun Yesus menjanjikan kebahagiaan abadi.

(Renungan Harian Mutiara Iman 2011, Yayasan Pustaka Nusatama)
Lanjut...

Senin, 17 Januari 2011

Renungan Harian 18 Januari 2011

Selasa, 18 Januari 2011

Bacaan:

Ibr. 6:10-20;
Mzm. 111:1-2,4-5,9,10c;
Mrk. 2:23-28
Renungan:

Injil hari ini menampilkan orang-orang Farisi menegur Yesus atas kelakuan murid-murid-Nya yang memetik bulir gandum pada hari Sabat. Pernahkah kita membayangkan seandainya saat ini, ada orang yang mengomentari kelakuan kita pada Tuhan Yesus? Saya yakin Tuhan Yesus pasti akan dengan cerdas membalikkan komentar orang tersebut dan tidak serta merta ‘menyalahkan' kita.

Bukan untuk sebuah pembelaan ‘buta', tetapi Yesus adalah orang yang sangat berpandangan luas dan dapat menempatkan setiap kejadian dalam konteks yang membangun manusia itu sendiri.

Banyak manusia mempunyai kecenderungan selalu menilai dan mengomentari kelakuan orang lain. Apapun yang orang lakukan akan selalu mendapat komentar dari orang lain. Akibatnya, banyak orang yang tidak bahagia karena mendengar komentar orang-orang yang masuk di telinga mereka. Karena sebenarnya tanpa sadar kita memasukkan komentar orang-orang itu sebagai sebuah ‘kebenaran'. Akibatnya hidup kita menjadi tidak bertumbuh seperti yang Tuhan mau, melainkan ‘terbelenggu' dalam nilai yang dibuat orang lain.



(Renungan Harian Mutiara Iman 2011, Yayasan Pustaka Nusatama)


Lanjut...

Renungan Harian 17 Januari 2011

Senin 17 Januari 2011

Bacaan:

Ibr 5:1-10;
Mzm 110:1,2,3,4;
Mrk 2:18-22
Renungan:

Berpuasa pada masa resmi orang berpuasa itu lumrah. Berpuasa pada masa resmi orang tidak berpuasa itu sebuah keutamaan. Tidak berpuasa pada masa resmi orang berpuasa itu aneh, karena dianggap membangkang atau melawan kaidah agama. Yesus dalam Injil hari ini diprotes karena murid-murid-Nya tidak berpuasa pada saat orang lain berpuasa.

Bagaimana reaksi Yesus? Yesus menanggapinya begini: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka?'

Yesus tidak terpancang pada masa tetap untuk berpuasa, tetapi pada maksud puasa, sebagai sarana bina, tempa dan kendali diri dari egoisme, keserakahan, hawa nafsu, isi hati, amarah, agar hidup ebih berkenan, dekat, terbuka pada Tuhan. Para murid telah meninggalkan kepentingan mereka lalu mengikuti Yesus. Ketika bersama Yesus tentu sepadan jika mereka tidak berpuasa sebaliknya harus bergembira, bersukacita, ibarat anggur baru harus disimpan bukan pada kantong kulit lama tetapi pada kantong kulit baru.



(Renungan Harian Mutiara Iman 2011, Yayasan Pustaka Nusatama)


Lanjut...

Minggu, 16 Januari 2011

Renungan Harian 16 Januari 2011

Minggu 16 Januari 2011

Bacaan:

Yes. 49:3,5-6;
Mzm. 40:2,4ab,7-8a,8b-9,10;
1Kor. 1:1-3;
Yoh. 1:29-34.
Renungan:

Untuk kita yang menyukai binatang, anak domba yang putih bersih dan lucu selalu menyenangkan dan menggemaskan. Baik anak-anak maupun orangtua senang untuk bermain dengan anak domba lucu itu. Hanya saja, untuk para penggemar binatang sangatlah menyedihkan kalau anak domba yang lucu-lucu itu harus dibawa ke tempat penjagalan, dibunuh dan diambil dagingnya untuk dibuat sate atau sup domba muda.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yohanes menunjukkan Yesus sebagai "Anak Domba". Kitab Suci sering menggambarkan Anak Domba sebagai Hamba Allah yang mengurbankan diri-Nya untuk saudara-saudaraNya.

Dalam diri Yesuslah wujud Anak Domba Allah sejati yang menggantikan Anak Domba Paskah. Yesuslah Putra Allah yang datang ke dunia untuk menebus dosa-dosa manusia. Sebagai manusia pendosa, kita bersyukur karena diingatkan bahwa kita yang berdosa ini dicintai oleh Allah. Yesus sendiri berkenan mengurbankan diri-Nya demi keselamatan kita. Seperti Yohanes, kita dipanggil untuk menjadi saksi, menunjukkan Yesus Sang Anak Domba Allah kepada sesama. Kita yang mengalami dan mengimani bahwa kasih Allah menghapus dosa dan menyelamatkan dipanggil untuk memberi kesaksian bahwa kita dicintai oleh Allah.



(Renungan Harian Mutiara Iman 2011, Yayasan Pustaka Nusatama)
Lanjut...

Senin, 10 Januari 2011

Renungan Harian 10 Januari 2011

Bacaan:

Ibr. 1:1-6;
Mzm. 97:1,2b,6,7c,9;
Mrk. 1:14-20.
Renungan:

Pada zaman dahulu, upaya keselamatan diwartakan lewat nabi-nabi. Pada zaman akhir ini Ia berbicara kepada kita dengan perantaraan Putra-Nya sendiri. Dengan sangat jelas, Sang Putra memaklumkan datangnya saat keselamatan, "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat.

Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!"

Kalau mendengar pernyataan tegas seperti itu, apalagi dari Tuhan sendiri, kita mestinya tidak lagi menunda-nunda, "Ah, masih ada waktu!" Waktu yang kita perhitungkan barangkali masih ada, tetapi waktu Allah kita tidak tahu. Banyak dari kita mempunyai kebiasaan yang buruk, yaitu menunda-nunda pekerjaan atau tugas. Ah, masih dua hari lagi! Ah, masih seminggu. Santai saja. Tetapi, ketika deadline tiba, kita belum juga siap dengan pekerjaan itu. Maka kita menjadi panik, lalu bekerja dengan terburu-buru, dan hasilnya tidak memuaskan. Hari ini Tuhan tidak mengatakan waktumu masih dua hari atau seminggu. Tuhan menegaskan: Waktunya telah genap! Artinya, sudah tidak dapat ditunda lagi. Sekarang juga kita harus mulai. Inilah wujud pertobatan dan kepercayaan kita kepada Injil.



(Renungan harian Mutiara Iman 2011, Pustaka Nusatama Yogyakarta)
Lanjut...

Renungan Harian 9 Januari 2011

Bacaan:

3b,9b-10;
Kis. 10:34-38;
Mat. 3:13-17
Renungan:

Sesudah Yesus dibaptis, langit terbuka, Roh Allah, dalam rupa burung merpati, turun ke atas Dia, lalu terdengarlah suara, "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada- Nyalah Aku berkenan." Apa yang terjadi atas Yesus pada saat pembaptisan, juga terjadi atas kita. Setelah kita dibaptis, langit terbuka ... Roh Allah turun atas kita ... dan terdengar suara yang sama: Inilah anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan.

Berkat pembaptisan, kita menjadi seperti Kristus: Roh Allah, Roh Sang Putra, dicurahkan atas kita, dan kita menjadi anak Allah seperti Kristus. Tetapi, pembaptisan tidak hanya memberikan martabat baru kepada kita. Pembaptisan juga membawa perutusan: Aku membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa, untuk membuka mata yang buta, untuk mengeluarkan orang

hukuman. Betapa banyak orang di sekitar kita hidup dalam kegelapan, terhimpit dan terbelenggu. Bagi mereka semua, kita diutus untuk menjadi terang dan pembebas. Seperti Yesus, kita diutus untuk "berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan orang..."

(Renungan harian Mutiara Iman 2011, Pustaka Nusatama Yogyakarta)
Lanjut...

Renungan Harian 8 Januari 2011

Bacaan:

1Yoh. 5:14-21;
Mzm.149:1-2,3-4,5,6a,9b;
Yoh. 3:22-30.
Renungan:

Kedatangan Yesus ke dunia dimaksudkan untuk menyelamatkan umat manusia. Untuk itu perlu pertobatan yang didahului dengan pembaptisan. Yohanes yang mempersiapkan kedatangan Yesus juga melaksanakan pembaptisan itu. Baptisan dalam nama Yesus menyempurnakan baptisan Yohanes, karena Yohanes membaptis dengan air, sedangkan baptisan Yesus melengkapinya dengan Roh Kudus.

Injil hari ini mengingatkan dan mengajak kita untuk merenungkan makna baptisan kita. Dengan baptisan itu, kita telah diangkat menjadi putra-putri Allah dan dibebaskan dari dosa manusia lama kita. Karena itu kita menjadi manusia baru yang dimampukan untuk menikmati karunia Allah yang paling besar yaitu hidup kekal. Hidup kita yang sementara, tak lagi sia-sia karena kita akan diikutsertakan dalam kebangkitan Kristus. Betapa patut kita syukuri karunia itu, dan kita perkembangkan dalam hidup seharihari melalui pertobatan yang nyata.

Berani mengarahkan diri kita sepenuhnya kepada Allah dan meninggalkan dosa serta kejahatan kita, merupakan sikap yang tepat menghayati apa yang dikaruniakan Allah kepada kita.



(Renungan harian Mutiara Iman 2011, Pustaka Nusatama Yogyakarta)
Lanjut...

Renungan Harian 8 Januari 2011

Bacaan:

1Yoh. 5:14-21;
Mzm.149:1-2,3-4,5,6a,9b;
Yoh. 3:22-30.
Renungan:

Kedatangan Yesus ke dunia dimaksudkan untuk menyelamatkan umat manusia. Untuk itu perlu pertobatan yang didahului dengan pembaptisan. Yohanes yang mempersiapkan kedatangan Yesus juga melaksanakan pembaptisan itu. Baptisan dalam nama Yesus menyempurnakan baptisan Yohanes, karena Yohanes membaptis dengan air, sedangkan baptisan Yesus melengkapinya dengan Roh Kudus.

Injil hari ini mengingatkan dan mengajak kita untuk merenungkan makna baptisan kita. Dengan baptisan itu, kita telah diangkat menjadi putra-putri Allah dan dibebaskan dari dosa manusia lama kita. Karena itu kita menjadi manusia baru yang dimampukan untuk menikmati karunia Allah yang paling besar yaitu hidup kekal. Hidup kita yang sementara, tak lagi sia-sia karena kita akan diikutsertakan dalam kebangkitan Kristus. Betapa patut kita syukuri karunia itu, dan kita perkembangkan dalam hidup seharihari melalui pertobatan yang nyata.

Berani mengarahkan diri kita sepenuhnya kepada Allah dan meninggalkan dosa serta kejahatan kita, merupakan sikap yang tepat menghayati apa yang dikaruniakan Allah kepada kita.



(Renungan harian Mutiara Iman 2011, Pustaka Nusatama Yogyakarta)
Lanjut...

Kamis, 06 Januari 2011

Renungan Harian 7 Januari 2011

Jumat 7 Januari 2011

Bacaan:

1Yoh. 5:5-13;
Mzm. 147:12-13,14-15,19-20;
Luk. 5:12-16.
Meditatio:

Pada saat Tuhan Yesus berkarya, yang dimaksud dengan sakit kusta adalah sakit kulit yang agak berat. Sebagian dapat disembuhkan. Sebagian yang lain tidak dapat disembuhkan. Mereka yang mengidap penyakit itu tidak hanya menderita secara fisik, tetapi juga secara sosial dan secara religius, karena selama masih mengidap penyakit itu mereka tidak diperkenankan bergaul dengan orang-orang yang sehat dan tidak boleh ikut mengambil bagian dalam ibadat bersama.

Karena itu, dapatlah dibayangkan, betapa bahagia perasaan seorang kusta, yang sakitnya dilenyapkan oleh Tuhan Yesus, dan dengan demikian kenajisannya juga berhenti. Ia menjadi tahir. Tindakan itu meningkatkan popularitas Tuhan Yesus di antara orang-orang Yahudi.

Namun popularitas semacam itu tidak Ia kehendaki. Ia berkarya bukan untuk meningkatkan gengsi-Nya, tetapi semata-mata untuk menyelamatkan orang kusta itu, dan sekaligus mendorong banyak orang memuji Allah di surga. Karena itulah, Ia memutuskan untuk menyingkir ke tempat sunyi dan berdoa di sana. Ia tidak mau tergoda oleh popularitas yang menghebohkan. Ia tidak mau tenggelam di dalam keramaian dunia. Ia mau tetap berada di dalam keheningan, agar kehendak Bapa dan dorongan Roh Kudus tidak terlewatkan sia-sia.

(Renungan Harian Mutiara Iman 2011, Pustaka Nusatama Yogyakarta)
Lanjut...

Renungan Harian 6 Januari 2011

Kamis, 6 Januari 2011

Bacaan:

1Yoh. 4:19 - 5:4;
Mzm. 72:2,14,15bc,17;
Luk. 4:14-22a.
Renungan:

Saat berusia sekitar 30 tahun, sesudah dibaptis di sungai Yordan dan dicobai iblis di padang gurun, Tuhan Yesus mulai mewartakan datangnya Kerajaan Allah. Dia menegaskan bahwa Allah sudah mulai meraja di dunia ini, dan sikap paling tepat untuk menyambut-Nya adalah dengan mendengarkan sabda-sabda-Nya.

Sabda-sabda Tuhan Yesus memang pantas didengarkan, karena Ia sampaikan dengan kekuatan Roh Kudus. Dia tidak berkarya semata-mata dengan pengetahuan dan keterampilan manusiawi, yang diperoleh melalui bapa Yosef, bunda Maria, dan para guru Yahudi di sinagoga, melainkan juga dengan kebijaksanaan ilahi, yang diperoleh dari Roh Kudus.

Sabda-sabda itu diucapkan untuk menawarkan keselamatan bagi mereka yang paling membutuhkan, yakni "orang-orang miskin... orang-orang tawanan...orang-orang buta... dan orang-orang tertindas". Tawaran keselamatan itu tidak hanya disampaikan dengan kata-kata, melainkan juga mulai diwujudkan secara nyata dengan tindakan-tindakan konkret. Beliau menyembuhkan orang-orang sakit, mengampuni kesalahan para pendosa, membuat orang-orang buta dapat melihat. Yesus membuktikan diri tidak hanya sebagai Guru bijaksana melainkan juga Tabib yang agung.

(Renungan Harian Mutiara Iman 2011, Pustaka Nusatama Yogyakarta)
Lanjut...

Senin, 03 Januari 2011

Paus Benediktus Lanjutkan Tradisi Pendahulunya

Vatikan, POS KUPANG.Com - Pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia, Paus Benediktus XVI akan menggelar pertemuan antar umat beragama di Assisi, Italia, Oktober 2011 untuk memperingati 25 tahun pertemuan yang digagas oleh pendahulunya, Yohanes Paulus II.

Dalam masa kepausan yang kompleks, pengumuman itu sepertinya ditujukan untuk memperlihatkan niat baik Benediktus terhadap agama lain setelah beberapa tahun menerima kritikan dari Muslim, Yahudi, dan kalangan Kristen lainnya, terutama Anglikan, sebagaimana dikutip dari IRNA-OANA.

Berbicara di Basilika Santo Petrus di Vatikan, Pausmengatakan tujuan dari pertemuan itu adalah untuk memperbarui upaya para penganut kepercayaan dari seluruh agama untuk menjalani keyakinannya sebagai pelayanan kepada penyebab perdamaian.

"Menghadapi ancaman ketegangan saat ini, terutama diskriminasi, ketidakadilan dan intoleransi beragama, yang saat ini terjadi kepada kaum Kristen secara terpisah, sekali lagi, saya menyampaikan seruan mendesak untuk tidak menyerah pada kekecewaan dan pengunduran diri," katanya.

Ia mengatakan bahwa pertemuan pada Oktober itu akan menjadi upaya untuk menghormati kenangan peristiwa bersejarah yang ditorehkan pendahulunya.

Paus Yohanes Paulus mengadakan pertemuan serupa pada 1986, yang dihadiri oleh para pemimpin Yahudi dan Muslim, juga Dalai Lama serta Uskup Agung Canterbury.

Paustelah berkali-kali mengutuk serangan terhadap warga Kristen di Irak, termasuk penyerangan terhadap sebuah katedral di Baghdad pada Oktober yang menewaskan sedikitnya 50 orang.

Pengumuman itu muncul hanya beberapa saat setelah bom meledak di sebuah gereja di Mesir.(ant)
Lanjut...