Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Kamis, 30 Desember 2010

Renungan harian 31 Desember 2010

Jumat, 31 Desember 2010

Bacaan:

1Yoh. 2:12-17;
Mzm. 96:7-8a.8b-9.10;
Luk. 2:36-40
Renungan:

Masa kecil Yesus tidak dijelaskan secara rinci, namun yang kita ketahui pasti adalah bahwa Yesus mengalami pertumbuhan dan perkembangan hidup kemanusiaanNya dalam bimbingan keluarga kudus. Tentunya keluarga kudus ini sangat berperan dalam mewariskan nilai-nilai keutamaan hidup yang berguna bagi perkembangan kepribadian Yesus, sehingga secara khusus Injil katakan: "Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat dan kasih karunia Allah ada padaNya."

Keluarga kudus menjadi rumah perkembangan dan persiapan bagi Yesus kecil menuju kematangan hidup manusiawiNya, dan kemudian menjadi berkat bagi masa depan dunia. Hendaklah setiap keluarga kristiani dapat meneladan keluarga kudus, mewariskan nilai-nilai baik bagi anak-anak dan mendidik mereka menjadi anak-anak Allah yang beriman dan berguna bagi masa depan dunia.

Keluarga yang tidak hidup dalam keteguhan iman dan tidak harmonis tentu tidak mendukung bagi kehidupan semua anggotanya. Tentu saja juga tidak member bekal yang baik dan berguna bagi sesama seturut panggilanNya. Semoga semakin banyak keluarga kristiani menjadi pasangan yang baik sehingga dapat membangun kehidupan keluarga yang baik seperti keluarga kudus.

(Renungan Harian Mutiara Iman 2010, Yayasan Pustaka Nusatama)
Lanjut...

Renungan harian 30 Desember 2010

Bacaan:

1Yoh. 2:12-17;
Mzm. 96:7-8a.8b-9.10;
Luk. 2:36-40.
Renungan:

Masa kecil Yesus tidak dijelaskan secara rinci, namun yang kita ketahui pasti adalah bahwa Yesus mengalami pertumbuhan dan perkembangan hidup kemanusiaanNya dalam bimbingan keluarga kudus. Tentunya keluarga kudus ini sangat berperan dalam mewariskan nilai-nilai keutamaan hidup yang berguna bagi perkembangan kepribadian Yesus, sehingga secara khusus Injil katakan: "Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat dan kasih karunia Allah ada padaNya."

eluarga kudus menjadi rumah perkembangan dan persiapan bagi Yesus kecil menuju kematangan hidup manusiawiNya, dan kemudian menjadi berkat bagi masa depan dunia. Hendaklah setiap keluarga kristiani dapat meneladan keluarga kudus, mewariskan nilai-nilai baik bagi anak-anak dan mendidik mereka menjadi anak-anak Allah yang beriman dan berguna bagi masa depan dunia.

Keluarga yang tidak hidup dalam keteguhan iman dan tidak harmonis tentu tidak mendukung bagi kehidupan semua anggotanya. Tentu saja juga tidak memberi bekal yang baik dan berguna bagi sesama seturut panggilanNya. Semoga semakin banyak keluarga kristiani menjadi pasangan yang baik sehingga dapat membangun kehidupan keluarga yang baik seperti keluarga kudus.

(Renungan Harian Mutiara Iman 2010, Yayasan Pustaka Nusatama)
Lanjut...

Selasa, 28 Desember 2010

Muslim India Renovasi Gereja Tertua

REPUBLIKA.CO.ID, Seorang Muslim India, Wali Khan, memberikan kado sangat istimewa bagi umat Kristen saat Natal tahun ini. Pekerja Muslim yang dikenal taat beribadah itu bekerja keras untuk merenovasi gereja yang berusia 125 tahun. "Beberapa tahun yang lalu saya diberi kontrak dan saya memberikannya tampilan baru," kata Khan kepada Times of India, Sabtu (25/12). Khan merenovasi gereja St. Francis De-Sales di Janakpuri, sebelah barat News Delhi, sebelum Natal.

Menurut Pastor Jerome Pinto, gereja itu pertama kali selesai dibangun pada 24 Oktober 1986, oleh para misionaris St. Francis de Sales, Prancis, yang datang ke Nagpur dari Vishakhapatnam. Dinding kunonya terbuat dari batu bata dan batu kapur tanpa batang besi.

Selain merenovasi gereja, Khan juga pernah merenovasi sebuah kuil di dekat taman Telangkhedi, juga kuil Ramdeobaba di Gittikhadan. Jumlah Muslim India sekitar 140 juta orang atau sekitar 13% dari 1,1 Milyar total penduduk India yang mayoritas penganut Hindu. Bekerja dengan orang yang beda agama tidak pernah menjadi kendala bagi Khan. "Kami tidak ada masalah dalam mengerjakan tempat-tempat ibadah berbagai agama," katanya kepada Times of India.

Menurutnya, pekerja Muslim merasakan sebagai sebuah kehormatan besar untuk merenovasi tempat ibadah, apakah masjid, gereja, atau kuil. Baru-baru ini ia menjalin kerjasama dengan Rajesh Cross, seorang Kristen, yang menawarkan kontrak untuk membangun gereja.

Dalam sebuah gerakan bagi orang Kristen, pekerja Muslim bersedia untuk mengurangi gajinya demi gereja. "Ini adalah pekerjaan besar dan karena itu gereja, Khan juga mengurangi tarifnya," kata Daryl Nazaret, ketua Komite Renovasi Gereja.

Sikap pekerja Muslim itu mengundang pujian karena membantu konsolidasi hubungan baik antara pemeluk agama minoritas dan mayoritas di India. "Ada orang Hindu dan Budha dalam tim pekerja Muslim," kata Nazaret. *

Sumber: KLIK
Lanjut...

Renungan Harian 29 Desember 2010

Bacaan:

1Yoh. 2:3-11;
Mzm. 96:1-2a.2b-3.5b-6;
Luk. 2:22-35
Renungan:

Suasana Natal masih hangat kita rasakan. Hari ini diperdengarkan sebuah nubuat dari Simeon terhadap Maria, ibu anak yang dinantikan sebagai janji Allah bagi keselamatan umatNya. Demikian nubuat Simeon: "Suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang". Apa yang diartikan dengan: Suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri? Nubuat ini ditujukan kepada Bunda Maria.

Kiranya artinya menunjuk kepada peristiwa kepedihan dan kesedihan Maria ketika tiga puluh tiga tahun kemudian dia harus melihat putra terkasihnya tergantun di puncak kalvari. Penderitaan itu ditujukan pada jiwa Maria, karena Maria meskipun tidak menderita secara fisik, namun ia menderita sebagai seorang ibu yang mempunyai hati. Hatinya sungguh terluka oleh "pedang penderitaan" yang dialami putra terkasihnya.

Keteguhan iman dan kesetiaan Marialah yang membuatnya kuat mengambil bagian dalam misi Putranya. Kita pun perlu belajar dari iman dan kesetiaan Bunda Maria, agar dapat menjadi murid Kristus yang setia dan dapat diandalkan. Apakah aku tetap setia pada Tuhan dalam saatsaat alami krisis hidup?

(Renungan Harian Mutiara Iman 2010, Yayasan Pustaka Nusatama)
Lanjut...

Senin, 27 Desember 2010

Renungan Harian 28 Desember 2010

Bacaan:

1Yoh. 1:5-2:2;
Mzm. 124:2-3.4-5.7b-8;
Mat. 2:13-18
Renungan:

Dalam injil hari ini, kita melihat salah satu contoh bagaimana Yusuf dan Maria berjuang menjaga Yesus dari segala sesuatu yang dapat mengancam keselamatan dan hidupNya. Kelahiran kanak-kanak Yesus rupanya telah menimbulkan ketakutan bagi Raja Herodes. Sekalipun masih sebagai bayi, Yesus sudah dipandang sebagai "musuh" yang membuat Raja Herodes takut kehilangan tahta kerajaannya. Karena tidak berhasil menemukan Yesus, Herodes menjadi "gelap mata" dan membunuh setiap bayi dan anak kecil yang dianggap berpotensi mengancam kekuasaannya. Syukur kepada Allah, Yusuf dan Maria berhasil membawa Yesus keluar dari Betlehem dan membawaNya ke tempat yang aman.

Kisah dalam Injil hari ini membuat kita makin sadar akan hakekat anak-anak kita sebagai titipan Tuhan, sebagai "harta yang paling berharga" dalam keluarga. Maka sebagai orang tua kita mempunyai panggilan mulia untuk menjaga, merawat dan mendidik sebaik-baiknya anak-anak kita. Namun kita juga melihat masih ada beberapa hal yang perlu kita benahi dalam relasi kita dengan mereka selama ini agar pada hari-hari yang akan datang relasi kita dengan mereka lebih baik dan harmonis.

(Renungan Harian Mutiara Iman 2010, Yayasan Pustaka Nusatama)
Lanjut...

Renungan Harian 27 Desember 2010

Bacaan:

1Yoh. 1:1-4;
Mzm. 97:1-2,5-6,11-12;
Yoh. 20:2-8
Renungan:

Bibi Sofi sehari-hari bekerja sebagai seorang pembersih lantai. Dulunya ia bukan seorang Kristen. Sekarang ke mana pun ia pergi memenuhi panggilan untuk membersihkan lantai, ia akan bersaksi kepada siapa saja tentang Kristus, Juru Selamat dunia. Pada suatu hari, seseorang mengejeknya dengan mengatakan bahwa beberapa waktu yang lalu ia melihat bibi Sofi berbicara tentang Kristus kepada patung kayu Indian yang terdapat di depan sebuah toko cerutu. Bibi Sofi menjawab, "Mungkin saya memang telah melakukan hal itu. Mata saya kurang baik. Tetapi berbicara tentang Kristus kepada sebuah patung kayu Indian tidak seburuk menjadi seorang Kristen yang bersikap seperti patung kayu, yang tidak pernah bersaksi kepada orang lain tentang Kristus."

Dalam perayaan liturgi pada hari ini, Gereja hendak mengingatkan kita bahwa santo Yohanes adalah salah seorang rasul sekaligus saksi mata hidup Kristus. Kesaksian Yohanes tentang saat-saat terakhir hidup Yesus itu menyempurnakan pemahaman kita akan makna dan arti terdalam peristiwa Natal Yesus. Singkatnya, pada hari ini Gereja ingin mengajak kita bersyukur atas peran dan jasa santo Yohanes bagi perkembangan, keutuhan dan kemantapan iman kita akan Kristus, sang juru selamat dunia. Sambil bersyukur atas peristiwa Natal Yesus, sebagaimana pesan kisah di atas, kita dipanggil untuk makin menyadari perutusan kita sebagai anggota Gereja untuk menjadi saksi yang mewartakan Kristus kepada sesama yang ada di sekitar kita.

(Renungan Harian Mutiara Iman 2010, Yayasan Pustaka Nusatama)
Lanjut...

Selasa, 21 Desember 2010

Jadwal Misa Malam Natal 2010

Hari : Jumat 24 Desember 2010
Tempat: Gereja St FA Kolhua Kupang
Waktu : Pukul 18.30 Wita
Pastor : Rm Kanis Pen, Pr
Koor : OMK Stasi

Jadwal Misa Hari Natal 2010

Hari: Sabtu, 25 Desember 2010
Tempat: Gereja St FA Kolhua Kupang
Waktu: Pukul 07.00 Wita
Pastor: Rm Sebas, Pr
Koor: Gabungan Wilayah
Lanjut...

Renungan Harian 22 Desember 2010

Bacaan:

1Sam. 1:24-28;
MT 1Sam 2:1.4-5.6-7.8abcd;
Luk. 1:46-56.
Renungan:

Pujian manusia paling agung bagi Tuhan adalah memuliakan namaNya. Pujian itu menyentuh seluruh jiwa karena Tuhan telah menyelamatkan umatNya. Kidung Maria yang kita baca pada hari ini merupakan kidung kita sebagai manusia yang menantikan kehadiran Tuhan dalam hidup. Masa Adven adalah masa penantian kehadiran Tuhan Yesus penyelamat dunia. Maka pantas kidung pujian Maria menjadi nyanyian syukur kepada Tuhan yang datang.

Hidup kita adalah anugerah ilahi yang diberi secara gratis ketika Tuhan datang menghampiri manusia yang sedang berjuang dalam kehidupan nyata. Pilihan Allah menjadi manusia dalam diri Yesus adalah solidaritas tertinggi Allah kepada kita. Maka Maria mewakili manusia yang bersyukur kepada Allah atas kehadiran-Nya dalam hidup pribadinya. Sikap Maria terhadap panggilan Allah itulah yang perlu kita contoh. Maria menjadi model dalam berperilaku mengisi masa Adven ketika sedang menanti Tuhan Yesus akan lahir ke dunia. Sikap rendah hati, mengakui kelemahan dan menerima kehendak Tuhan adalah tempat Yesus lahir ke dalam diri manusia.



(Renungan Harian Mutiara Iman 2010, Yayasan Pustaka Nusatama)
Lanjut...

Senin, 20 Desember 2010

Injil dan bacaan pertama Natal 2010

SELAMAT NATAL!

Dalam tradisi Gereja Katolik ritus Latin, juga di Indonesia, Natal dirayakan dengan tiga Misa Kudus yakni Misa Malam Natal 24 Desember, kemudian Misa Fajar 25 Desember pagi, dan akhirnya Misa Siang. Ketiga perayaan itu melambangkan tiga sisi kenyataan lahirnya Sang Penyelamat Dunia. Pertama, kelahirannya sudah terjadi sejak awal, yakni dalam kehendak Bapa di surga untuk mengangkat martabat kemanusiaan ke dekatnya.

Kenyataan kedua terjadi ketika Yesus lahir dari kandungan Maria. Dan kenyataan ketiga, kelahiran Kristus secara rohani di dalam kehidupan orang beriman. Bacaan Injil dalam ketiga Misa Natal tersebut sejajar dengan tiga kenyataan tadi.

Dalam Misa malam hari dibacakan Luk 2:1-14 yang menceritakan Maria melahirkan di Betlehem, kemudian dalam Misa fajar diperdengarkan Luk 2:15-20 yang mengabarkan lahirnya Kristus di dalam kehidupan orang beriman yang pertama, yakni para gembala. Akhirnya, dalam Injil Misa siang hari, Yoh 1:1-18, ditegaskan bahwa sang Sabda ini sudah ada sejak semula. Pembicaraan kali ini akan menggarisbawahi ketiga kenyataan peristiwa kelahiran Kristus itu. Secara singkat aan diperlihatkan juga hubungannya dengan bacaan pertama yang semuanya diambil dari Kitab Yesaya (Misa malam Yes 9:1-6; Misa fajar Yes 62:11-12; Misa siang: Yes 52:7-10).

INJIL MISA MALAM HARI : Luk 2:1-14

Seperti dikisahkan dalam ay. 1-3, Yusuf dan Maria pergi ke Betlehem untuk mematuhi maklumat umum Kaisar Augustus yang mewajibkan orang mencatatkan diri di kampung halaman leluhur. Sekalipun tidak ada arsip sejarah yang membuktikan bahwa maklumat seperti itu pernah dikeluarkan Kaisar Augustus, dapat dikatakan bahwa hal seperti itu bukannya tak mungkin. Di sini Lukas mempergunakannya sebagai konteks kisah kedatangan Yusuf dan Maria ke Betlehem. Ini juga cara Lukas mengatakan bahwa Tuhan bahkan memakai pihak bukan-Yahudi untuk menjelaskan bagaimana Yesus tetap lahir di Yudea, tempat asal kaum Daud, dan bukan di Nazaret. Kelembagaan Yahudi sendiri kiranya tidak cukup. Bahkan lembaga itu sudah tak banyak artinya lagi. Seperti banyak orang asli Yudea lain, Yusuf dan Maria termasuk kaum yang "terpencar-pencar" hidup dalam diaspora di daerah bukan asal. Ironisnya, yang betul-betul masih bisa memberi identitas "orang Yudea" kini bukan lagi ibadat tahunan di Yerusalem, melainkan cacah jiwa yang digariskan penguasa Romawi.

Dalam ay. 4-5 disebutkan bahwa Yusuf pergi dari Nazaret ke Yudea "agar didaftar bersama-sama dengan Maria, tunangannya yang sedang mengandung". Dengan cara ini mereka nanti akan resmi tercatat sebagai suami istri di Yudea. Oleh karena itu, Yesus juga secara resmi bakal tercatat sebagai keturunan Daud, baik bagi orang Yahudi maupun bagi administrasi Romawi. Dengan demikian, Lukas sedikit menyingkap apa yang nanti akan diutarakannya dengan jelas dalam Kisah Para Rasul, yakni kedatangan Juru Selamat bukanlah melulu bagi orang Yahudi, melainkan bagi semua orang di kekaisaran Romawi, bahkan bagi semua orang di jagat ini. Malahan bisa dikatakan bahwa justru kehadiran orang bukan Yahudi-lah yang membuatnya betul-betul datang ke dunia ini! Kita-kita ini, sekarang ini juga, masih ikut membawanya datang ke dunia.

Menurut ay. 7, Maria melahirkan anak lelaki, anaknya yang sulung. Penyebutan "anak sulung" ini terutama dimaksud untuk menggarisbawahi makna yuridis, bukan biologis. Anak sulung memiliki hak yang khas yang tak ada pada saudara-saudaranya. Dalam hal ini hak sebagai keturunan Daud dengan semua keleluasaannya. Oleh karena itu, ia juga nanti dapat mengikutsertakan siapa saja untuk masuk dalam keluarga besarnya. Anak bukan sulung tidak memiliki hak seperti ini.

Sang bayi yang baru lahir itu kemudian dibungkus dengan lampin dan dibaringkan dalam palungan. Ditambahkan pada akhir ay. 7 "karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan". Bukan maksud Lukas mengatakan bahwa mereka tidak dimaui di mana-mana. Tempat-tempat yang biasa sudah penuh para pengunjung yang mau mendaftarkan diri menurut maklumat Kaisar Augustus. Mereka akhirnya menemukan tempat umum yang biasa dipakai tempat istirahat rombongan karavan bersama hewan angkutan mereka. Semacam stasiun zaman dulu. Tempat-tempat seperti ini memiliki beberapa kelengkapan dasar, misalnya palungan tempat menaruh makanan bagi kuda atau hewan tunggangan. Sekali lagi ini cara Lukas mengatakan kelahiran Yesus ini terjadi di tempat yang bisa terjangkau umum. Tempat seperti itulah tempat bertemu banyak orang. Maka dari itu, nanti para gembala dapat dengan cepat mendapatinya.

Kelahiran Yesus yang diceritakan sebagai kejadian sederhana seperti di atas itu nanti dalam Luk 2:8-14 diungkapkan para malaikat kepada para gembala. Mereka amat beruntung bisa menyaksikan perkara ilahi dan perkara duniawi dalam wujud yang sama. Orang diajak melihat bahwa yang terjadi sebagai kejadian lumrah belaka itu ternyata memiliki wajah ilahi yang mahabesar. Bala tentara surga, para malaikat menyuarakan pujian kepada Allah. Dia yang Maha Tinggi kini menyatakan diri dalam wujud yang paling biasa bagi semua orang. Apa maksudnya? Kiranya Lukas mau mengatakan bahwa orang-orang yang paling sederhana pun dapat merasakan kehadiran Yang Ilahi dalam peristiwa yang biasa tadi. Dan bahkan mereka bergegas mencari dan menemukan kenyataan duniawi dari kenyataan ilahi yang mereka alami tadi.

Pengalaman rohani yang paling dalam juga dapat dialami orang sederhana. Oleh karena itu, orang dapat melihat kehadiran Tuhan dalam peristiwa biasa. Sebuah catatan. Arah yang terjadi ialah dari atas, dari dunia ilahi ke dunia manusia, bukan sebaliknya. Kita tidak diajak mencari-cari dimensi ilahi dalam tiap perkara duniawi. Ini bisa mengakibatkan macam-macam masalah dan keanehan. Yang benar ialah mengenali perkara duniawi yang memang memiliki dimensi ilahi. Ada banyak perkara duniawi yang tidak memilikinya. Dalam arti itulah warta para malaikat kepada para gembala dapat membantu kita menyikapi dunia ini. Misteri inkarnasi ialah kenyataan yang membuat orang makin peka akan kenyataan duniawi yang betul-betul menghadirkan Yang Ilahi, bukan tiap kenyataan duniawi.

Teks Yes 9:1-6 diangkat sebagai bacaan pertama dalam misa malam. Di situ diutarakan dengan nada penuh kegembiraan siapa Raja Damai yang bakal meraja di kalangan umat. Dia membuat orang yang gelisah bisa mendapatkan ketenangan, dia dapat memberi rasa aman bagi yang merasa terancam. Kebesarannya berdasarkan keadilan dan kebenaran, bukan paksaan dan tipuan. Ia juga dikenal sebagai "Penasihat Ajaib", artinya yang memiliki kebijaksanaan ilahi. Dia itu juga "Allah yang Perkasa", yang melindungi umat dari kekuatan-kekuatan yang memusuhi, Ia dikenal sebagai "Bapa yang Kekal", maksudnya, kerahimanNya tak berhingga. Dia itulah Raja Damai yang telah lahir. Dalam perayaan kali ini semuanya ini diterapkan kepada dia yang baru lahir seperti dikisahkan dalam Luk 2:1-14.

INJIL MISA FAJAR: Luk 2:15-20

Yang diberitakan malaikat Tuhan kepada para gembala (ay. 10-12) kini mereka teruskan kepada orang-orang yang ada di sekitar palungan (ay. 15). Boleh kita bayangkan, di tempat umum di sekitar palungan itu ada banyak orang lain yang juga menginap di situ. Mereka sedang menolong keluarga baru ini. Mendengar kata-kata para gembala mengenai warta malaikat tadi, semua orang ini menjadi terheran-heran (ay. 18). Bagi mereka bayi yang dilahirkan ibu muda ini biasa saja. Tapi apa para gembala ini menjelaskan hal yang luar biasa yang sedang terjadi kini! Para gembala itulah orang-orang yang pertama-tama memberi arti rohani bagi peristiwa kelahiran tadi. Mereka itu juga pewarta kedatangan Penyelamat yang bukan orang-orang yang secara khusus berhubungan dengan Allah seperti halnya Maria atau Yohanes Pembaptis ketika masih ada dalam kandungan. (Katakan saja, para gembala itulah para teolog, para ahli kristologi generasi awal, yang mampu memukau perhatian orang. Guru Besar mereka ialah para malaikat dan semua bala tentara surgawi.)

Satu catatan. Disebutkan dalam ay. 15 "... gembala-gembala itu berkata satu kepada yang lain, 'Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem untuk melihat ....'" Kepada siapa kata-kata itu ditujukan? Dalam bacaan teks yang biasa, jelas ajakan itu ditujukan kepada satu sama lain. Namun demikian, bacaan teks ini juga tertuju kepada pembaca. Teks ini membuat siapa saja yang membaca atau mendengarkannya merasa diajak gembala-gembala tadi bersama pergi dengan mereka ke Betlehem menyaksikan kebesaran ilahi dalam wujud yang membuat orang mulai bersimpati kepada Tuhan. Lukas kerap memakai teknik berbicara seperti ini. Dengan memakai bentuk percakapan - bukan hanya dengan cerita - Lukas membuat pembaca merasa seolah-olah ikut hadir di situ. Dan pada saat tertentu ajakan akan terasa ditujukan bagi pembaca juga.

Yang hadir dalam pembacaan Injil Misa fajar bisa pula merasakannya. Dan bila itu terjadi, warta petikan Injil Misa Fajar akan menjadi makin hidup. Orang diajak para gembala yang telah menyaksikan kebesaran Tuhan untuk ikut pergi mencarinya "di Betlehem", di tempat yang kita semua tahu, yang dapat dicapai, bukan di negeri antah-berantah. Warta Natal Lukas tak lain tak bukan ialah pergi mendapati dia yang lahir di tempat yang bisa dijangkau siapa saja - di "Betlehem" - boleh jadi dalam diri orang yang kita cintai, boleh jadi dalam kehidupan orang-orang yang kita layani, dalam diri orang-orang yang membutuhkan kedamaian, atau juga dalam diri kita sendiri yang diajak ikut menghadirkannya. Ini bisa memberi arah baru dalam kehidupan. Betlehem bisa bermacam-macam wujud dan macamnya, namun satu hal sama. Di situlah Tuhan diam menantikan orang datang menyatakan simpati kepada-Nya. Adakah perkara lain yang lebih menyentuh?

Dalam bacaan pertama misa fajar (Yes 62:11-12 )diutarakan dengan nada penuh kegembiraan agar orang di kota Yerusalem membuka pintu gerbang mereka lebar-lebar menyambut kedatangan raja yang mereka nanti-nantikan. Mereka dihimbau menerima dengan terbuka dia yang membawakan keselamatan bagi kota yang gelisah dan merasa terancam oleh kekuatan-kekuatan yang memusuhinya, baik dari luar maupun dari dalam. Yang menyambutnya akan menjadi bangsa yang kudus, orang-orang yang ditebus Tuhan sendiri, mereka itu tidak ditinggalkanNya (ay. 12). KebesarannNya ini kini menjadi nyata - dalam peristiwa kelahiran Yesus seperti diumumkan dalam Injil misa malam dan fajar ini.

INJIL MISA SIANG: Yoh 1:1-18

Pembukaan Injil Yohanes ini sarat dengan makna. Dikatakan dalam kedua ayat pertama "Pada mulanya adalah Firman dan Firman itu bersama-sama dengan Allah. Dan Firman itu adalah Allah. Ia pada awal mulanya ada bersama dengan Allah" (Yoh 1:1-2). Guna memahaminya, orang perlu mengingat Kisah Penciptaan menurut tradisi dalam Kej 1:1-2:4a. Di situ dikisahkan bahwa pada awalnya Tuhan menjadikan terang dengan memfirmankannya. Firman-Nya (yakni "jadilah terang!") menjadi kenyataan, yakni terang. Dan begitu selanjutnya hingga ciptaan yang paling akhir, yakni umat manusia (dengan memakai gaya bahasa merismus "laki-laki dan perempuan") yang diberkati dan diberi wewenang mengatur jagat ini sebagai wakil Tuhan Pencipta sendiri.

Terjemahan ay. 1 "Dan Firman itu Allah" ialah terjemahan harfiah kalimat Yohanes "kai theos en ho logos". Kalimat Yunani seperti itu sebetulnya bukan hendak menyamakan Firman dengan Tuhan. Alih bahasa yang lebih dekat dengan maksud Yohanes boleh jadi demikian: "keilahian itu adalah Firman". Kata "theos" dipakai tanpa artikel atau kata sandang di sini tampil dalam arti keilahian. Pemakaian seperti ini maksudnya untuk menekankan bahwa yang sedang dibicarakan, yakni Firman itu memiliki bagian dalam keilahian. Dengan demikian juga hendak dikatakan bahwa keilahian yang kerap terasa jauh dan menggentarkan belaka itu kini mulai dekat dan dapat didengarkan, membiarkan diri dimengerti, dikaji, dipikir-pikirkan, dan dengan demikian ikut di dalam kehidupan manusia. Itulah maksud Yohanes. Oleh karena itu, juga tidak mengherankan bila dalam Yoh 1:3 ditegaskan tak ada yang ada di jagat ini yang dijadikan tanpa Firman. Tak ada yang tak berhubungan denganNya. Hubungan ini tetap ada sekalipun dianggap sepi, disangkal, tidak diperhatikan. Selanjutnya, dalam ay. 4 ditegaskan bahwa ia itu kehidupan dan kehidupan itu adalah terang bagi manusia. Dalam Kisah Kejadian tadi, terang menjadi ciptaan pertama yang mendasari semua yang ada.

Bagi Yohanes, kata "dunia" (ay. 9, 10) mengacu pada tempat beradanya kekuatan-kekuatan gelap yang melawan kehadiran ilahi (lihat ay. 5). Ke tempat seperti inilah terang ilahi tadi bersinar dan terangnya tak dikalahkan oleh kekuatan-kekuatan gelap. Yohanes menghubungkan peristiwa kelahiran Yesus sebagai kedatangan terang ilahi ke dunia ini. Dengan latar Kisah Penciptaan maka jelas kelahiran Yesus itu ditampilkan Yohanes sebagai tindakan yang pertama dalam karya penciptaan Tuhan. Namun demikian, arah tujuan pembicaraan Yohanes bukan sekadar menyebut itu. Penciptaan ini dimaksud untuk menghadirkan Tuhan Pen­cipta. Bukan sebagai Tuhan yang kehadiran-Nya harus diterjemahkan terutama dalam wujud hukum-hukum agama, seperti hukum Taurat, melainkan sebagai Bapa yang mengasalkan kehidupan manusia, yang menyapa manusia dengan Firman yang membawakan kehidupan.

Bacaan pertama misa siang, Yes 52:7-10, mengungkapkan gairah umat menerima warta gembira bahwa yang mereka percaya - Allah - sungguh berkuasa melindungi orang-orangNya. Dia kini berada kembali di tengah-tengah umat, di Yerusalem yang untuk beberapa lama menjadi kota yang runtuh pamornya. Kini kota itu akan berdiri kembali karena Ia ada di situ. KehadiranNya bukan sekadar akan membangun kembali kota itu, melainkan mengubahnya menjadi tempat kehadiranNya yang batiniah. Dan oleh karenanya Ia tidak lagi terbatas di tempat itu saja, melainkan ada di mana saja Ia dimuliakan. Kota Yerusalem menjadi kota rohani bagi semua orang yang melihat dan menerima kehadiranNya.

Kehadirannya memiliki daya pembaharu dan inilah kenyataan penciptaan. Bagi zaman ini, akan besar maknanya bila dikatakan bahwa iman akan kelahiran Kristus di dunia ini ialah kelanjutan kepercayaan bahwa Allah terus menciptakan jagat beserta isinya. Firman-Nya kuat. Terangnya tak terkalahkan meskipun banyak yang menghalangi. Artinya, yang menganggap ciptaan ini buruk dan gelap belaka dan memperlakukannya dengan buruk boleh jadi sudah mulai memisahkan diri dari Dia, sumber terang itu sendiri, dan akan tersingkir sendiri. Tetapi mereka yang percaya bahwa jagat ini dapat menjadi baik dan ikut mengusahakannya sebetulnya memilih ada bersama Dia.

Salam hangat,
A. Gianto

Sumber: MIRIFICA
Lanjut...

Renungan Harian 21 Desember 2010

Bacaan:

Kid. 2:8-14 atau Zef. 3:14-18a;
Mzm. 33:2-3.11-12.20-21;
Luk. 1:39-45
Renungan:

Pertemuan dua tokoh Maria dan Elisabeth saudarinya merupakan pertemuan penuh rahmat dan sukacita mewarnai minggu III dalam masa Adven. Dua tokoh perempuan dalam Kitab Suci yang memegang peranan penting dalam tata keselamatan manusia. Maria ibu Yesus mengunjungi

Elisabeth saudarinya sampai meluapkan kegembiraan. Yang Ilahi mengunjungi manusia yang lemah dan rapuh. Yang Ilahi mendatangi manusia berdosa sampai akhirnya seruan Elisabeth menjadi seruan hati manusia: siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?

Pengalaman kunjungan Maria ini bisa menginsipirasi kita untuk berkunjung, mendatangi sesama kita yang membutuhkan perhatian kita. Kita bisa mengunjungi mereka yang kurang mendapat perhatian dalam masyarakat, lingkungan Gereja atau mungkin anggota keluarga kita sendiri yang selama diabaikan. Setiap kunjungan akan selalu berkesan dan menggembirakan bagi yang dikunjungi, menjadi sebuah rahmat.

(Renungan Harian Mutiara Iman 2010, Yayasan Pustaka Nusatama)
Lanjut...

Renungan Harian 20 Desember 2010

Bacaan:

Yes. 7:10-14;
Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6;
Luk. 1:26-38.


Renungan:

Banyak orang lebih mempercayai kata-kata dukun, paranormal daripada mempercayai Suara Tuhan yang bergema di lubuk hati. Mereka bahkan mau menuruti apa saja yang dikatakan dukun, suhu, maupun tukang ramal, agar mereka enteng jodoh, lancar berbisnis, kaya mendadak, menang bersaing dalam usaha, bertahan dalam kuasa dan sebagainya walaupun berakhir dengan kekecewaan.

Lain dengan Perawan Maria, dia percaya penuh pada perkataan malaekat walaupun hatinya juga diwarnai kegalauan, "Bagaimana mungkin hal itu terjadi karena aku belum bersuami?" Dia tahu persis keadaan dirinya, namun setelah penjelasan malaekat, dia yakin bahwa janji Allah akan terpenuhi. Untuk itu dia mengatakan fiatnya: "Aku ini hamba Tuhan", ya aku bersedia menjadi ibu Tuhan. Itulah sikap seorang beriman, sikap seorang hamba Tuhan yang percaya bahwa Allah tak pernah ingkar janji. Maria adalah model orang sederhana, murni hatinya yang berserah total pada karya Allah.

Dalam keseharian, banyak kujumpai orang seperti Maria. Mereka itu orang sederhana, tulus hati, tanpa pamrih. Hidup dengan mereka yang demikian, terasa damai. Merekalah Maria di zaman modern, hamba Allah yang hadir untuk menjadi saksi dunia yang penuh tawaran kenikmatan.

(Renungan Harian Mutiara Iman 2010, Yayasan Pustaka Nusatama)
Lanjut...

Selasa, 14 Desember 2010

Renungan Harian 14 Desember 2010

Bacaan:

Zef. 3:1-2,9-13;

Mzm. 34:2-3,6-7,17-18,19,23;
Mat. 21:28-32.
Renungan:

Perumpamaan dalam Injil hari ini menunjukkan sikap anak sulung dan anak bungsu sebagai gambaran nyata kehidupan kita. Sering bibir kita mengucap "ya" tapi hanya sekadar kata-kata, tidak ada aksi. Orang bilang "NATO: no action talk only".

Sekilas tampak bahwa anak sulung adalah anak yang patuh kepada bapanya. Sedangkan anak bungsu adalah anak yang bandel. Tetapi bila dicermati, justru anak bungsulah yang melakukan kehendak ayahnya dengan menunjukkan penyesalan dan langsung beraksi. Sikap ini jauh lebih dihargai oleh Yesus. Bagi Yesus tidak ada kata terlambat untuk bertobat. Bahkan pemungut cukai dan perempuan sundal yang mau bertobat akan mendahului masuk dalam Kerajaan Allah dibanding orang-orang yang mengaku dirinya suci tidak berdosa. Bagi orang yang rendah hati setiap kesalahan dia sesali, tobat dia lakukan lalu berusaha hidup baru.

(Renungan Harian Mutiara Iman 2010, Yayasan Pustaka Nusatama)
Lanjut...

Renungan Harian 13 Desember 2010

Bacaan:

Yes. 35:1-6a,10;
Mzm. 146:7,8-9a,9bc-10;
Yak. 5:7-10;
Mat. 11:2-11
Renungan:



Ciri khas Adven adalah penantian dan harapan. Yohanes melihat harapannya tentang Mesias tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Mesias yang datang, bukan Mesias yang berkuasa, tapi Mesias yang lembut hati yang berpihak kepada orang sederhana, yang terpuruk, yang lemah dan berdosa. Namun Yohanes tetap teguh dalam pengharapannya dan tidak menjadi kecewa dan menolak Yesus sebagai Mesias. Maka Yesus sangat menghargainya.

Bagaimana dengan kita? Apakah persiapan kita dalam masa adven ini merupakan ungkapan harapan dan kesiapan menyambut Tuhan yang mau datang? Atau sekadar menjalankan kewajiban tanpa harapan? Yesus datang untuk kita. Mari kita menyambutNya dengan penuh harapan dan kebahagiaan.

(Renungan Harian Mutiara Iman 2010, Yayasan Pustaka Nusatama)
Lanjut...

Renungan Harian 12 Desember 2010

Bacaan:

Yes. 35:1-6a,10;
Mzm. 146:7,8-9a,9bc-10;
Yak. 5:7-10;
Mat. 11:2-11
Renungan:



Ciri khas Adven adalah penantian dan harapan. Yohanes melihat harapannya tentang Mesias tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Mesias yang datang, bukan Mesias yang berkuasa, tapi Mesias yang lembut hati yang berpihak kepada orang sederhana, yang terpuruk, yang lemah dan berdosa. Namun Yohanes tetap teguh dalam pengharapannya dan tidak menjadi kecewa dan menolak Yesus sebagai Mesias. Maka Yesus sangat menghargainya.

Bagaimana dengan kita? Apakah persiapan kita dalam masa adven ini merupakan ungkapan harapan dan kesiapan menyambut Tuhan yang mau datang? Atau sekadar menjalankan kewajiban tanpa harapan? Yesus datang untuk kita. Mari kita menyambutNya dengan penuh harapan dan kebahagiaan.

(Renungan Harian Mutiara Iman 2010, Yayasan Pustaka Nusatama)
Lanjut...

Jumat, 10 Desember 2010

Renungan Harian 11 Desember 2010

Bacaan:

Sir. 48:1-4,9-11;
Mzm. 80:2ac,3b,15-16,18-19;
Mat. 17:10-13.
Renungan:

Yohanes Pembaptis yang dibunuh Raja Herodes ialah Elia yang sudah datang, yang tidak dikenal dan ditolak. Apa yang dialami Yohanes, dilihat oleh Yesus sebagai gambaran yang akan terjadi pada diriNya. Yesus ditolak oleh bangsaNya sendiri dan membuat para muridNya goyah dan lari meninggalkanNya. Baru sesudah Paskah, mereka mengenal dan menerima Dia sebagai Mesias yang mereka harapkan.

Sampai sekarang pun Tuhan Yesus masih tidak dikenal dan ditolak oleh banyak orang. Meski demikian, Tuhan Yesus masih tetap mau datang ke setiap hati, yang menerima dan yang menolak Dia. Adven adalah masa persiapan menyambut Tuhan Yesus yang mau datang ke dalam hidup kita. Apakah kita tidak mengenal dan menolaknya seperti banyak orang di dunia ini? Ataukah kita menyambutnya dan mendekat terus padaNya? Adven adalah sebuah masa persiapan dalam menyambut Natal yang akan datang.

Bagaimana kita menerima dan menyambutnya? Sekedar pesta dan hadiah? Ataukah kita benar-benar menyiapkan diri untuk semakin mengenal dan mengalami kasih Tuhan? Tuhan akan selalu memberi kesempatan kepada kita untuk tumbuh dalam iman, harapan dan kasih kepadaNya. Dan marilah kita memakai kesempatan itu.

(Renungan Harian Mutiara Iman 2010, Yayasan Pustaka Nusatama)
Lanjut...

Kamis, 09 Desember 2010

Jadwal Misa dan Injil Minggu 12 Desember 2010

Tempat: Gereja St FA Kolhua Kupang
Waktu : Pukul 07.00 Wita
Pastor: Rm Agus Parera, Pr
Injil : Mat 11:2-11

Renungan

Dalam Mat 11:2-11 diceritakan bagaimana Yohanes Pembaptis mengutus murid-muridnya kepada Yesus untuk memastikan apakah ia itu betul dia yang diwartakan bakal datang (ay. 2-3) dan jawaban Yesus (ay. 4-6). Selanjutnya, ketika murid-murid Yohanes telah pergi, Yesus berbicara kepada orang banyak mengenai Yohanes Pembaptis (ay. 7 dst.).

MENCARI TAHU - MEMASTIKAN - MENERIMA

Beberapa waktu sebelumnya, Yohanes Pembaptis ditangkap oleh Herodes Antipas (Mat 4:12). Ini perkara politik. Warta kenabian dan seruan pertobatannya Yohanes membuat guncangan di masyarakat dan dikhawatirkan akan membahayakan kedudukan Herodes di hadapan penguasa Romawi. Ada alasan lain. Yohanes pernah mengecam keras perkawinan Herodes dengan Herodias yang waktu itu masih bersuamikan saudara tiri Herodes sendiri (Mat 14:4; terlarang menurut Im 18:6). Di penjara Yohanes masih bisa menerima kunjungan murid-muridnya. Dari merekalah Yohanes mendengar tentang Yesus yang mulai dikenal di masyarakat.

Menurut Mat 3:11, Yohanes memaklumkan kedatangan dia yang lebih berkuasa daripadanya yang akan membaptis dengan Roh dan api sehingga orang dapat memasuki Kerajaan Surga setelah menerima baptisan tobat yang diserukannya. Tetapi belum jelas baginya siapa orangnya. Dalam pemaklumannya nama Yesus memang tidak disebut. Ketika Yesus datang kepadanya minta ikut dibaptis (ay. 13-15), Yohanes tentunya menduga bahwa dia inilah orangnya. Ada pengalaman rohani. Injil menggambarkannya dengan terdengarnya kata-kata dari langit bahwa Yesus itu anak terkasih dan mendapat perkenan ilahi (ay. 17.) Tetapi diakah orang yang dinanti-nantikan? Keragu-raguan ini tidak perlu ditafsirkan sebagai kekurangpercayaan. Dibutuhkan berita lebih lanjut yang bakal memastikan bahwa dia itulah orangnya. Iman yang hidup tetap butuh informasi yang aktual, bukan sekadar mengamini rumus-rumus kepercayaan saja.

PERCAYA - APA ITU?

Pertanyaan Yohanes apakah Yesus itu betul-betul dia yang bakal datang, atau masih akan ada orang lain, menunjukkan bahwa Yohanes ingin mendengar berita yang tepercaya. Ia juga mau mengajar murid-muridnya agar berani mengenal siapa tokoh Yesus itu sesungguhnya dengan menemuinya sendiri.

Termasuk tindakan beriman usaha mengerti mana tanda-tanda yang bisa membuat orang percaya. Percaya dan beriman itu seperti semua tindakan manusia, bisa dan butuh dipertanggungjawabkan. Iman bukan hanya perasaan mantap sehidup semati saja. Malah rasa mantap seperti itu bakal kurang berdaya menghadapi pelbagai tantangan baru.

Yohanes sebetulnya menghadapi masalah "teologi dasar" seperti itu. Di hati dan dalam niatan ia percaya bahwa ada yang bakal datang mengutuhkan warta Kerajaan Surga. Tapi siapakah dia itu dalam kenyataannya? Orang yang dikabarkan di mana-mana mengerjakan perkara-perkara ajaib itukah? Bila betul, bagaimana penjelasannya? Apa ada kelanjutan dengan cara-cara Yang Ilahi mewahyukan kehendakNya dan memperkenalkan diri dulu? Apa betul-betul dapat diterima manusia. Atau tokoh yang sekarang populer itu cuma mau memanfaatkan gairah orang banyak melihat hal-hal yang mengguncang batin tapi tidak membawa ke pengalaman yang lebih utuh? Apa ia membantu orang menjadi makin mandiri batinnya atau malah membuat mereka menjadi permainan dorongan-dorongan rohani yang tak berujung pangkal?

Kebutuhan mempertanggungjawabkan terasa mendesak karena pada waktu itu warta yang dibawakan Yohanes dan pengajaran yang diberikan Yesus sering dipertanyakan dan bahkan ditolak. Dalam Mat 11:16-19, yang menjadi konteks bacaan hari ini, disebutkan, ada orang-orang yang menganggap Yohanes kerasukan setan karena menjalankan laku tapa keras, malah ada yang tidak menggubris Yesus walaupun ia tidak seperti pertapa hidupnya. Bahkan kebaikannya kepada para pemungut pajak dan pendosa dijadikan bahan cibiran. Memang sepanjang Mat 11-12 digambarkan sikap orang-orang yang tidak mau menerima warta Yohanes dan kehadiran Yesus sendiri.

TANDA-TANDA KEDATANGANNYA

Yesus meminta agar murid-murid Yohanes melaporkan kepada guru mereka apa yang mereka lihat dan dengar, yakni orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin dibawakan berita gembira. Kesembuhan ajaib itu diceritakan dalam Mat 8-9: tentang orang buta, lihat 9:27 dst.; orang lumpuh 8:5 dst. dan 9:1 dst.; orang kusta 8:1 dst.; orang tuli 9:32 dst.; orang mati 9:18 dst. Peristiwa-peristiwa ini memenuhi warta Yes 35:5-6: "Pada waktu itu mata orang-orang buta akan bisa melihat dan telinga orang-orang tuli akan bisa mendengar. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai...." Pewartaan kabar gembira kepada kaum miskin membuat Yesus serasa memenuhi yang sudah dikatakan dalam Yes 61:1, "Roh Tuhan ada padaku, oleh karena Tuhan telah mengurapi aku. Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar gembira kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan...." Pendengar diminta menyimak kembali pewahyuan ilahi yang sudah sering didengar dan mencoba melihat kenyataannya sekarang. Penyembuhan dan kabar gembira kepada orang-orang yang sengsara tadi membuat kedatangan Yesus semakin dapat dipertanggungjawabkan, semakin "accountable".

Pada akhir jawabannya, Yesus menyebut berbahagia orang "yang tidak menolaknya", ungkapan aslinya, "yang tidak tersandung karena aku". Orang yang bisa menerima warta Yesus tanpa merasa tersinggung dan menyambutnya dengan merdeka boleh merasa bahagia. Mereka ini menerima Kerajaan Surga (bdk. Mat 5:3 dst. - Sabda Bahagia). Begitulah kebahagiaan tercapai dengan mencari tahu bagaimana dan dengan cara apa kedatangannya menjadi semakin bermakna dan semakin bisa dinikmati orang zaman ini. Menayangkan Yesus sebagai tokoh yang ekslusivist rasanya sudah bukan zamannya lagi, di mana saja. Tetapi memperkenalkannya sebagai sosok yang bisa menghadirkan keilahian yang penuh pengertian membuat pewarta iman makin bisa disebut berbahagia.

TENTANG YOHANES PEMBAPTIS

Setelah murid-murid Yohanes pergi, Yesus mulai berbicara mengenai Yohanes. Dikatakannya bahwa orang-orang datang kepada tokoh itu karena ia tidak seperti "buluh digoyang angin" (ay. 7), sebuah ibarat yang mirip ungkapan Indonesia "seperti air di daun talas". Mereka datang untuk berguru kepada orang yang wataknya kuat, kepada orang yang berprinsip, berkepribadian. Itulah Yohanes Pembaptis.

Ditambahkan bahwa mereka tentunya tidak ke tempat sepi untuk menemui orang yang "berpakaian halus" (ay. 8-9). Mereka datang mendengarkan seorang nabi yang menyampaikan sabda Tuhan. Yohanes digambarkan memakai pakaian kasar dari bulu unta dan berikat pinggang kulit (Mat 3:4) seperti nabi zaman dulu (bdk. pakaian nabi Elia dalam 2 Raj 1:8)! Juga di zaman sekarang orang masih suka mendengar tokoh yang berintegritas kenabian tetapi yang tidak memaksa-maksakan penghayatan sendiri.

Siapakah yang dimaksud dengan "yang terkecil dalam Kerajaan Surga" yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis, yang hingga kini tak ada yang melebihinya? Bila diingat kata-kata Yohanes Pembaptis sendiri, maka jelas yang dimaksud ialah Yesus. Dalam Mat 3:11 Yohanes menegaskan, akan datang yang lebih berkuasa daripadanya dan dia ini akan membaptis dengan Roh dan api. Tapi kemudian bagaimana bisa dijelaskan bahwa menurut Mat 11:11 Yesus itu "terkecil" dalam Kerajaan Surga? Gagasan paling kecil bisa dikenakan kepada orang yang ditugasi melayani orang lain. Dan dalam Mat 20:28 Yesus menerapkan gagasan melayani tadi kepada dirinya sendiri. Ia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. Untuk membuat Yang Ilahi mendekat kepada manusia. Itulah kebesarannya.

Seandainya hari ini kita bertanya kepada Yesus, "Engkaukah dia yang bakal datang?", jawabannya akan sama. Ia akan mengajak kita memahami karya ilahi yang masih tetap berlangsung di antara kita di dunia ini kendati sering masih terselubung. Itulah jalan mengenalinya. Lalu, apa kita bisa mengharapkan diri kita juga akan dibicarakan oleh Yesus dengan para penghuni surga - seperti dulu ketika ia berbicara tentang Yohanes kepada orang banyak? Matt mengangguk penuh pengertian. Kita boleh merasa beruntung disertai Matt dalam Masa Adven ini.

Salam hangat,
A Gianto

Sumber: MIRIFICA
Lanjut...

Renungan Harian 10 Desember 2010

Bacaan:

Yes. 48:17-19;
Mzm. 1:1-2,3,4,6;
Mat. 11:16-19
Renungan:

Yesus kesal menghadapi orang-orang yang keras hatinya. Berbagai usaha dan penjelasan yang diberikan seperti sia-sia saja. Tanggapan yang muncul selalu bernada penolakan. Namun bagi Yesus, yang penting adalah hikmat Allah sendiri yang akan menjadi nyata dalam kehidupan manusia. Perkataan Yesus ini memang benar bahwa Allah akan tetap bertindak demi kebaikan manusia walaupun manusia menunjukkan sikap penolakannya.

Membuka hati bagi kehadiran Allah di tengah kehidupan kita tidak selalu mudah. Tentu saja sikap manusia tidak akan memengaruhi rencana Allah bagi keselamatan manusia. Namun demikian keterlibatan manusia sangat diharapkan dan ikut menentukan, apalagi jika ada pribadi yang menolaknya. Allah sudah memberikan yang terbaik bagi keselamatan dan kebahagiaan manusia.

Sekarang kita perlu menyambut kehadiran Tuhan dan uluran tangan KasihNya. Ada banyak usaha yang dapat kita laku lakukan untuk membawa sebanyak mungkin orang kepada Tuhan, sampai pada keselamatan.

Walau kadang tidak mudah, baiklah kita tidak menjadi kecewa dan putus asa. Kita yakini campur tangan Allah dalam usaha kita ini, karena demi namaNya sekarang ini kita sedang berjuang. Marilah terus melangkah dengan mantap.

(Renungan Harian Mutiara Iman 2010, Yayasan Pustaka Nusatama)
Lanjut...

Renungan Harian 9 Desember 2010

Bacaan:

Yes. 41:13-20;
Mzm. 145:9,10-11,12-13ab;
Mat. 11:11-15.


Renungan:



Yesus tampil di depan umum. Ia memberikan penegasan tentang kehadiran Yohanes Pembaptis. Yesus mengagumi pribadi Yohanes yang setia melakukan tugas perutusannya. Yohanes datang di

tengah suasana bangsa Israel membutuhkan perubahan dan pertobatan. Ia gigih mewartakan pertobatan demi kedatangan Kerajaan Allah. Yohanes berjuang keras dan ia tidak peduli dengan

bahaya bagi dirinya. Yohanes mempersiapkan datangnya Yesus di tengah bangsa Israel. Sikap dan pengakuan Yesus akan Yohanes ini menunjukkan bahwa Yesus sangat menghargai Yohanes

karena telah ikut serta dalam rencana keselamatan Allah. Sikap seperti inilah yang diharapkan menjadi sikap kita, yakni mengakui dan menghargai tugas perutusan yang berbeda-beda.

Apalagi tugas yang berbeda itu saling berkaitan dan mendukung. Marilah kita membiasakan diri menghargai dan berterima kasih atas banyaknya orang yang telah dan sedang terlibat dalam semua aktivitas kita sampai sekarang.

Tentu saja semua kegiatan yang mengarah pada kedatangan Kerajaan Allah. Segala sesuatu yang sedang kita lakukan adalah demi terwujudnya Kerajaan Allah, yakni kesatuan mesra kita dengan Allah.

(Renungan Harian Mutiara Iman 2010, Yayasan Pustaka Nusatama)
Lanjut...

Renungan Harian 8 Desember 2010

Bacaan:

Kej. 3:9-15,20;
Mzm. 98:1,2-3ab,3bc-4;
Ef. 1:3-6,11-12;
Luk. 1:26-38.
Renungan:

Sebagai seorang perawan, Maria boleh dibilang sangat ‘nekad'. Ia saat itu baru tunangan dengan Yusuf. Tradisi masyarakat Yahudi tidak mengijinkan ia hidup serumah dengan kekasihnya. Tetapi tanpa ragu ia mau saja disuruh mengandung, karena malaikat menjanjikan Anak yang dikandungnya kelak akan menjadi besar dan disebut Anak Allah.

Mengapa ia kita katakan ‘nekad'? Sebab janji Allah kepada manusia sering samar-samar. Namun sikap Maria luar biasa. Ia mantap mau menerima tugas dari Allah. Sebagai seorang hamba, ia patuh 100% kepada Allah. Ia berani ambil risiko dihujat masyarakat, diputus tali cinta oleh tunangannya.

Sungguh, sebuah keteladanan yang jarang kita jumpai di zaman modern yang semuanya diukur dengan materi ini.

(Renungan Harian Mutiara Iman 2010, Yayasan Pustaka Nusatama)
Lanjut...

Sabtu, 04 Desember 2010

Pesan Natal Bersama Tahun 2010

PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI)
KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI)
TAHUN 2010

"Terang yang sesungguhnya sedang datang ke dalam dunia"
(bdk. Yoh. 1:9)



Saudara-saudari yang terkasih,
segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun berada,
Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus.

•1. Pada saat ini kita semua sedang berada di dalam suasana merayakan kedatangan Dia, yang mengatakan: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup"1. Dalam merenungkan peristiwa ini, rasul Yohanes dengan tepat mengungkapkan: "Terang yang sesungguhnya itu sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya"2. Suasana yang sama juga meliputi perayaan Natal kita yang terjalin dan dikemas untuk merenungkan harapan itu dengan tema: "Terang yang sesungguhnya sedang datang ke dunia".

•2. Saudara-saudari terkasih,

Kita bersyukur boleh hidup dalam suatu negara yang secara konsti-tusional menjamin kebebasan beragama. Namun akhir-akhir ini gejala-gejala kekerasan atas nama agama semakin tampak dan mengancam ke-rukunan hidup beragama dalam masyarakat. Hal ini mencemaskan pihak-pihak yang mengalami perlakuan yang tidak wajar dalam masyarakat kita. Kita semakin merasa risau akan perkembangan "peradaban" yang mengarus-utamakan jumlah penganut agama; "peradaban" yang memenangkan mereka yang bersuara keras berhadapan dengan mereka tidak memiliki kesempatan bersuara; "peradaban" yang memenangkan mereka yang hidup mapan atas mereka yang terpinggirkan. Peradaban yang sedemikian itu pada gilirannya akan menimbulkan perselisihan, kebencian dan balas-dendam: suatu peradaban yang membuahkan budaya kematian dari pada budaya cinta yang menghidupkan.

Keadaan yang juga mencemaskan kita adalah kehadiran para penang-gungjawab publik yang tidak sepenuhnya memperjuangkan kepentingan rakyat kebanyakan. Para penanggungjawab publik memperlihatkan kiner-ja dan moralitas yang cenderung merugikan kesejahteraan bersama. So-rotan media massa terhadap kinerja penanggungjawab publik yang kurang peka terhadap kepentingan masyarakat, khususnya yang terung-kap dengan praktek korupsi dan mafia hukum hampir di segala segi kehidupan berbangsa, sungguh-sungguh memilukan dan sangat mempri-hatinkan, karena itu adalah kejahatan sosial.

Kenyataan ini yang berlawanan dengan keadaan masyarakat yang sema-kin jauh dari sejahtera, termasuk sulitnya lapangan kerja, semakin mem-perparah kemiskinan di daerah pedesaan dan perkotaan. Keadaan ini diperberat lagi oleh musibah dan bencana yang sering terjadi, baik karena faktor murni alami maupun karena dampak campur-tangan kesalahan manusiawi, terutama dalam penanganan dan penanggulangannya. Sisi-sisi gelap dalam peradaban masyarakat kita dewasa ini membuat kita semakin membutuhkan Terang yang sesungguhnya itu.

Terang yang sesungguhnya, yaitu Yesus Kristus menjelma menjadi ma-nusia, sudah datang ke dalam dunia. Walaupun banyak orang menolak Terang itu, namun Terang yang sesungguhnya ini membawa pengha-rapan sejati bagi umat manusia. Di tengah kegelapan, Terang itu me-numbuhkan pengharapan bagi mereka yang menjadi korban ketidak-adilan. Bahkan di tengah bencana pun muncul kepedulian yang justru melampaui batas-batas suku, agama, status sosial dan kelompok apa pun. Terang itu membawa Roh yang memerdekakan kita dari pelbagai kege-lapan, sebagaimana dikatakan oleh Penginjil Lukas: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang"3.

Natal adalah tindakan nyata Allah untuk mempersatukan kembali di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu yang telah diciptakan-Nya4. Semua yang dilihat-Nya baik adanya itu5, yang telah dirusakkan dan diceraiberaikan oleh kejahatan manusia, menemukan dirinya di dalam Terang itu. Oleh karena itu, dengan menyambut dan merayakan Natal sebaik-baiknya, kita menerima kembali, „Ÿ dan demikian juga menya-tukan diri kita dengan „Ÿ karya penyelamatan Allah yang baik bagi semua orang.

Di dalam merayakan Natal sekarang ini, kita semua kembali diingatkan, bahwa Terang sejati itu sedang datang dan sungguh-sungguh ada di da-lam kehidupan kita. Terang itu, Yesus Kristus, berkarya dan membuka wawasan baru bagi kesejahteraan umat manusia serta keutuhan ciptaan. Inilah semangat yang selayaknya menjiwai kita sendiri serta suasana di mana kita sekarang sedang menjalani pergumulan hidup ini.

•3. Saudara-saudari terkasih,

Peristiwa Natal membangkitkan harapan dalam hidup dan sekaligus memanggil kita untuk tetap mengupayakan kesejahteraan semua orang. Kita juga dipanggil dan diutus untuk menjadi terang yang membawa pengharapan, dan terus bersama-sama mencari serta menemukan cara-cara yang efektif dan manusiawi untuk memperjuangkan kesejahteraan ber-sama.

•· Bersama Rasul Paulus, kami mengajak seluruh umat kristiani di tanah air tercinta ini: "Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan"6, karena dengan membalas kejahatan dengan kejahatan, kita sendirilah yang dikalahkannya.

•· Selanjutnya kita wajib ikut-serta mewujudkan masyarakat yang sejah-tera, adil dan makmur, bahkan melalui usaha-usaha kecil tetapi konkrit seperti menjalin hubungan baik dengan sesama warga masyarakat demi kesejahteraan bersama. Kita turut menjaga dan memelihara serta melestarikan lingkungan alam ciptaan, antara lain dengan menanam pohon dan mengelola pertanian selaras alam, dengan tidak membuang sampah secara sembarangan; mempergunakan air dan listrik seperlunya, mempergunakan alat-alat rumahtangga yang ramah lingkungan.

•· Dalam situasi bencana seperti sekarang ini kita melibatkan diri secara proaktif dalam pelbagai gerakan solidaritas dan kepedulian sosial bagi para korban, baik yang diprakarsai gereja, masyarakat maupun pemerintah.

•· Marilah kita memantapkan penghayatan keberimanan kristiani kita, terutama secara batiniah, sambil menghindarkan praktik-praktik iba-dat keagamaan kita secara lahiriah, semu dan dangkal. Hidup beragama yang sejati bukan hanya praktik-praktik lahiriah yang ditetap-kan oleh lembaga keagamaan, melainkan berpangkal pada hubungan yang erat dan mesra dengan Allah secara pribadi.

Akhirnya, marilah kita menyambut dan merayakan kedatangan-Nya dalam kesederhanaan dan kesahajaan penyembah-penyembah-Nya yang pertama, yakni para gembala di padang Efrata, tanpa jatuh ke dalam perayaan gegap-gempita yang lahiriah saja. Marilah kita percaya kepada Terang itu yang sudah bermukim di antara kita, supaya kita menjadi anak-anak Terang7.[1]Dengan demikian perayaan Natal menjadi kesempatan mulia bagi kita untuk membangkitkan dan menggerakkan peradaban kasih sebagai tanda penerimaan akan Terang itu dalam lingkungan kita masing-masing. Dengan pemikiran serta ungkapan hati itu, kami mengucapkan:



SELAMAT NATAL 2010 DAN TAHUN BARU 2011



Jakarta, 12 November 2010

Atas nama



PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA KONFERENSI WALIGEREJA
DI INDONESIA (PGI), INDONESIA (KWI),





Pdt. Dr. A.A. Yewangoe Mgr. M.D. Situmorang OFMCap.

Ketua Umum Ketua





Pdt. Gomar Gultom, M.Th. Mgr. J.M. Pujasumarta

Sekretaris Umum Sekretaris Jenderal


Sumber: KWI
Lanjut...

Mendidik Anak Secara Alami

KESIBUKAN keduanya meniti karier sebagai pelayan masyarakat atau publik tidak dapat disangka jika urusan rumah tangga apalagi keluarga menjadi tidak seimbang. Namun, pasangan yang sama-sama berprofesi sebagai dokter ini tidak ingin anak-anaknya ditelantarkan begitu saja. Oleh karena itu, keduanya membiarkan anak-anak mereka bertumbuh secara alamiah di mana pun mereka berada. Kemampuan ekonomi yang dimiliki keduanya tidak membuat keduanya memanjakan anak-anaknya.

Itulah tips mendidik anak yang dilakukan pasangan dr. Hyeronimus Fernandez dan dr. Simplicia Maria Anggrahini.

Pasangan ini memiliki dua anak yang saat ini sudah memasuki masa dewasa. Pertama, Wahyu Fernandez, lahir di Yogyakarta, 7 Maret 1986, saat ini duduk di semester akhir Program Studi Komunikasi di Universitas Atmajaya Jakarta. Kedua, Wijaksana Fernandez, lahir di Lewoleba, 11 Agustus 1989, saat ini duduk di semester V, Fakultas Kedokteran Udayana, Bali.

Ditemui Pos Kupang di ruang kerjanya, Jumat (3/12/2010), pria kelahiran Larantuka, 19 Januari 1958 ini, mengatakan, sebagai orangtua dia memiliki pengalaman buruk dalam mendidik anak karena kurang maksimal menjalankan tugas dan kewajiban sebagai orangtua. Berprofesi sebagai dokter yang siap untuk melayani semua orang memang akan sangat tidak maksimal dalam mendidik dan membesarkan kedua anaknya. Padahal, keduanya sadar betul jika hidup suami istri membentuk keluarga yang sejahtera melalui sebuah sumpah ikatan perkawinan.

Namun, sebagai dokter, keduanya juga melakukan sumpah untuk melaksanakan tugas sebagai dokter dengan baik.
Keduanya mengakui membesarkan anak-anak dalam tarik- menarik kepentingan antara tugas sebagai orangtua dan kepentingan profesi (melayani banyak orang) sehingga melupakan pertumbuhan dan perkembangan anak di sisi yang lain.

Katanya, ketimpangan antara tugas sebagai dokter dan sebagai orangtua ini hampir menjadi soal setiap hari karena sama-sama dihadapkan dengan pilihan moral, apakah mengutamakan kepentingan keluarga ataukah kepentingan umum.

"Bagaimana malam-malam kalau sedang bersama-sama dengan istri dan anak, tiba-tiba ada telepon ada kejadian di rumah sakit, salah satu dari kami harus meninggalkan anak-anak atau bahkan kami berdua meninggalkan anak-anak. Saya tidak tahu, apakah mereka komplain atau tidak, yang jelas mereka sepertinya menjadi trauma dengan profesi sebagai dokter," kata pria hitam manis yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Bappeda Propinsi NTT ini.

Namun, berkat penyerahan seutuhnya kepada Yang Maha Kuasa dengan iman yang tetap berpasrah, keduanya yakin betul ada campur tangan Tuhan melalui tangan banyak orang. Meski keduanya memiliki intensitas pekerjaan dan tingkat kesibukan yang tinggi, anak-anaknya bisa tetap berjalan dalam naungan Tuhan, bahkan terbilang sukses dalam pendidikan.

Kedua anaknya memang memiliki kecerdasan intelektual yang memadai sehingga memudahkan keduanya dalam membimbing anaknya di rumah jika ada kesempatan. Selain itu, anak-anaknya juga bertumbuh dan berkembang dengan sehat walafiat. Kedua anaknya juga akhirnya tumbuh menjadi anak yang sangat mandiri. Meski sering ditinggalkan orangtua dan saat ini harus sekolah di tempat yang jauh, keduannya sangat mandiri sehingga tidak mengkhawatirkan keduanya.

Apalagi, katanya, kemajuan alat komunikasi yang canggih saat ini membuat keduanya tetap berkomunikasi dengan anak-anak secara terus-menerus. Selain mempercayakan kedua anaknya kepada Tuhan, pasangan ini juga mempercayakan anak-anaknya kepada sistem. Sistem yang dimaksudkan ini adalah dalam hal pendidikan anak, keduanya mempercayakan anak-anaknya kepada bruder dan suster yang mendidik anak-anak.

Kedua anaknya, kata Hyero, dimasukkan ke asrama yang dipimpin oleh bruder dan suster sehingga sangat membantu keduanya. Hal ini dilakukan, karena keduanya bertugas berpindah-pindah tempat, mulai dari Lewoleba, Larantuka, Surabaya, Ruteng, Maumere dan kembali ke Kupang. Bagi keduaya, konsep mengasuh anak secara tradisional d imana orangtua harus pulang pada jam-jam tertentu memang sangat susah dilakukan oleh keduanya.

Sehingga, ketika bertugas di Larantuka dan melanjutkan pendidikan ke jenjang S-2 di Surabaya, keduanya benar-benar menikmati kehidupan berumah tangga yang baik dimana bisa berkumpul bersama istri dan anak.

Menurutnya, keduanya mendidik anak-anaknya dengan sangat demokratis, tetapi dalam hal-hal prinsip memang ada yang harus otoriter. Dua hal yang diutamakan dalam keluarga ketika sedang berkumpul bersama adalah iman dan pendidikan. Kedua hal ini memang tidak bisa ditawar-tawar. Makanya, ketika anak keduanya tidak mau melanjutkan pendidikan ke kedokteran, keduanya akhirnya secara otoriter dengan menunjukkan kemampuan yang dimiliki keduanya untuk menyekolahkan anaknya di kedokteran dan melakukan test bakat kepada anaknya. Hasil psikotes, ternyata anaknya memiliki bakat untuk bidang kedokteran. Inilah yang menguatkan keduanya menyekolahkan anaknya di kedokteran dan anaknya akhirnya menyetujuinya dan sekarang sudah duduk di semester V Fakultas Kedokteran Udayana-Bali.

Alumnus Fakultas Kedokteran UGM ini mengatakan, ketika anak-anaknya sudah bertumbuh dewasa saat ini, komunikasi yang dilakukan keduanya adalah komunikasi antara orang dewasa. Hal ini dilakukan agar anak-anaknya mulai mandiri dan mulai memikirkan masa depan mereka masing-masing. Bahwa apa yang dimiliki saat ini adalah milik orangtua, bukan milik anak, sehingga ia bersyukur anak pertamanya sudah bekerja sambil menyelesaikan tugas akhirnya.

"Manjadi orangtua adalah sekolah seumur hidup dan belum tentu lulus. Walau mungkin kita lulus dalam pendidikan, jabatan/karier. Kami berusaha terus belajar dalam relasi dengan anak-anak, keluarga di lingkaran dekat, teman-teman, dan keluarga-keluarga lain," ujar warga BTN Kolhua Kota Kupang ini. (nia)

Sumber: Pos Kupang Minggu, 5 Desember 2010 halaman 12
Lanjut...

Renungan Harian 5 Desember 2010

Bacaan:

Yes. 11:1-10;
Mzm. 72:1-2,7-8,12-13, 17;
Rm. 15:4-9; Mat. 3:1-12
Renungan:

Di masa Advent, gereja mengajak kita untuk menyiapkan diri dan batin kita untuk menyambut kedatangan Tuhan. Masa advent adalah masa tobat, saat kita diajak untuk berani membersihkan diri, mencuci segala yang kotor dalam hati kita. Kita diajak untuk lebih banyak berdoa serta beramal kepada sesama sebagai usaha pertobatan dan pembersihan diri kita.

Dalam segala kesederhanaannya, Yohanes ditampilkan dalam Injil hari ini. Ia menjadi suara yang menyerukan pertobatan. Gaya hidupnya, pengingkaran dirinya memberi bobot kepada pewartaannya.

Yohanes mengajak kita untuk menyiapkan kedatangan Tuhan. Injil hari ini mengajak kita untuk bertobat. Masa advent mengajak kita untuk berani memperbaiki diri. Dengan memperbanyak doa, memelihara hidup rohani, matiraga dan berbuat amal bagi sesama, semoga kita semakin siap untuk menyambut kehadiran Tuhan dalam hati kita.

(Renungan Harian Mutiara Iman 2010, Yayasan Pustaka Nusatama)
Lanjut...

Jumat, 03 Desember 2010

Jadwal Misa Minggu Adven II 5 Desember 2010

Tempat: Gereja St Fransiskus Asisi Kolhua Kupang
Waktu: Pukul 07.00 wita
Pastor: Rm Agus Parera, Pr
Injil: Mat 3:1-12)


MENYELARASKAN LANGKAH

Dalam Mat 3:1-12 dikisahkan bagaimana Yohanes Pembaptis mengumumkan kedatangan Kerajaan Surga dan menyerukan agar orang bertobat. Dalam bahasa sekarang, seruan ini sama ajakan untuk memahami apa yang sedang terjadi dalam diri kita dan dunia sekitar. Nada penuh berharap dalam bacaan pertama, Yes 11:1-10, dapat membantu memahami warta tadi. Di situ dinubuatkan kedatangan Raja Damai keturunan Isai (ayah raja Daud; leluhur Yesus juga. Lihat Mat 1:5-6 Luk 3:32). Raja itu akan memperoleh kebijaksanaan (Yes 11: 1-2) untuk menegakkan keadilan (ay. 3-5) dan merukunkan mereka yang biasanya saling bermusuhan (ay. 6-9) dan dengan demikian ia menjadi pangkal harapan orang banyak (ay. 10).

DIUMUMKAN JAUH-JAUH HARI

GUS: Matt, selamat datang! Langsung tanya, dari mana kauperoleh bahan mengenai Yohanes Pembaptis itu?
MATT: Dari diktat Mark - eh, bagi kalian Injil Santo Markus. Tapi kuolah kembali. Kuperjelas dengan bahan tambahan dari sumber lain, misalnya kata-kata Yohanes Pembaptis sendiri dalam ay. 2: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!" yang tak dituliskan Mark. Ia mengatakan Yohanes memberitakan baptisan tobat untuk pengampuan dosa (Mrk 1:4) tanpa menyebut Kerajaan Surga sudah dekat, yang dikatakan oleh Yesus sendiri (Mrk 1:15, "Kerajaan Allah"; dibicarakan di bawah).
GUS: Ajakan Yohanes Pembaptis kok sama dengan yang diucapkan Yesus yang juga kautulis dalam Mat 4:17, sejajar dengan Mrk 1:15 tadi.
MATT: Kontinuitas, kawan, kontinuitas itu wajar! Orang hidup bukan asal ganti panutan. Warta Yesus itu melanjutkan dan melaksanakan hal-hal yang sudah disampaikan pendahulunya. Akan kita lihat nanti Yesus mengajar orang zamannya agar sampai pada inti Taurat, yakni ajaran-ajaran sudah jadi menjadi pegangan hidup turun-temurun. Ia mengajak orang merasukinya dan tidak tinggal di luar-luarnya.
GUS: Eh, kita kan bicara mengenai Yohanes Pembaptis dan belum tentang Yesus.
MATT: Yohanes Pembaptis kutampilkan sebagai sebagai suara yang berseru di padang gurun agar disiapkan jalan yang rata bagi dia yang akan datang itu (Yes 40:3). Yang sedang dinanti-nantikan itu akan datang dan memimpin kembali orang-orang ke dalam Kerajaan Surga lewat jalan yang rata tadi. Malah Mark menyisipkan nubuat yang sebenarnya berasal dari Maleakhi 3:1 "Lihatlah, aku menyuruh utusanKu mendahuluimu...." Utusan itu ialah Yohanes.

GUS: Banyak ahli mengatakan, kau tidak ikut mengutip ayat itu dengan alasan mau merapikan tulisan Mark yang menggabungkan ayat Maleakhi tadi bersama dengan kutipan dari Yesaya.
MATT: Coba tanya Luc saja deh, dia kan juga tidak mengutip Maleakhi (Luk 3:4-6).
GUS: Tapi Luc mengutip lebih, yakni Yes 40:3-5, bukan hanya ay. 3 seperti kamu.
MATT: Ia menulis bagi orang-orang yang tidak amat mengenal tulisan para nabi. Jadi kutipan itu diperluasnya supaya konteksnya jelas. Tetapi pembacaku dulu sudah cukup tahu Kitab Suci dan tak butuh diberi banyak-banyak. Yang penting mereka mengerti bahwa Yohanes datang dengan wibawa dari atas sana. Kalau ditengok kembali, memang sosok besar tidak tampil begitu saja, kata orang zaman sekarang, ada kredensialnya. Kedatangan Yesus dimaklumkan Yohanes Pembaptis. Dia sendiri diwartakan oleh Yesaya sang Nabi besar itu.

DISERTAI KEKUATAN-KEKUATAN DARI ATAS

GUS: Matt, mau tahu nih, sebetulnya, seruan dalam ayat-ayat Yesaya itu ditujukan kepada siapa?
MATT: Apa belum tahu?
GUS: Soalnya, dalam Yes 40:1-2 yang tidak ikut kaukutip, ada seruan Yang Mahakuasa kepada makhluk-makhluk ilahi agar mereka menghibur umatNya dan menyadarkan mereka bahwa hukuman mereka telah selesai. Apa bagimu ayat yang kauambil alih itu (Yes 40:3) masih juga menghimbau kekuatan-kekuatan itu agar menyiapkan jalan dan meluruskannya - bukan kepada manusia?
MATT: Tentu saja! Yohanes malah menggemakan seruan Yang Mahakuasa sendiri kepada kekuatan-kekuatan surgawi tadi. Yohanes akrab dengan mereka. Orang datang kepadanya minta dibaptis sebagai tanda bertobat dan agar disertai kekuatan-kekuatan tadi menemukan kembali jalan yang lurus.
GUS: Dalam kesempatan itu Yohanes juga mengatakan, akan datang orang "yang lebih berkuasa" dan yang akan membaptis dengan Roh Kudus dan api, tidak seperti dia yang membaptis dengan air. Penjelasannya?
MATT: Air membersihkan yang menempel di luar. Baptisan Yohanes melepaskan beban-beban rohani. Baptisan yang diberikan Yesus membuat orang bisa melangkah ringan, seperti dibawa Roh Kudus, dan membersihkannya sampai sedalam-dalamnya, seperti api memurnikan barang campuran. Ini arti baptisan dengan Roh Kudus dan api. Yohanes menambahkan, dia yang akan datang itu akan menyendirikan yang berisi Roh dari yang kosong, seperti orang menampi gandum dan memisahkannya dari sekam (ay. 12).
GUS: Ketika berkata bahwa ia tak layak "membawa kasutnya", apakah Yohanes mau merendah?
MATT: Gini, bagi orang Yahudi, "membawa kasut" atau tindakan yang sehubungan dengan itu, "membuka tali kasut" yang muncul dalam tulisan Mark, Luc dan Oom Hans (Mrk 1:7 Luk 3:16 Yoh 1:27) itu kiasan yang berasal dari praktik hukum adat bertindak sebagai orang "yang diberi kuasa" bila orang yang berwenang terhalang. Yohanes hendak mengatakan, dirinya tak layak menerima kuasa mewakili Yesus!
GUS: Bisa kuteruskan penjelasan ini ke umat? Membantu.
MATT: Kami dulu berusaha mengartikan perkara-perkara yang mereka alami serta merumuskannya dalam cara bicara orang yang kami layani. Memang penting mengartikan pengalaman dan merumuskannya kembali dengan bahasa yang bisa dimengerti. Jangan buat umat terombang-ambing pembicaraan ini atau itu.

KERAJAAN SURGA

Kata Yunani "basileia", yang biasa diterjemahkan sebagai "Kerajaan", dipakai untuk membicarakan wibawa seorang raja, termasuk juga orang-orang yang mengakui kuasanya, bukan hanya terbatas pada gagasan wilayah seperti bila kita berbicara mengenai "kerajaan Majapahit" misalnya. Istilah Inggris "kingdom" sebenarnya tidak amat tepat, banyak yang lebih suka memakai pengertian "reign". Tapi agar tidak memperumit perkaranya, kita pakai saja "Kerajaan Surga" dengan sekadar penjelasan.
GUS: Kembali ke pokok yang tadi sudah sedikit kita bicarakan. Yohanes berseru bahwa "Kerajaan Surga" sudah dekat (Mat 3:2). Injil lain lebih memakai "Kerajaan Allah". Kau menyebutnya Kerajaan Surga, untuk menghormat, begitukah?
MATT: Kalau mau dibilang menghormat boleh saja. Tapi ada yang lebih penting. Dengan mengatakan Kerajaan Surga, jadi lebih jelas bahwa kenyataan yang dimaksud itu bukan dari dunia sini. Orang tidak perlu mengimpikan bahwa sebentar lagi akan terwujud pemerintahan di bumi dengan Mesias dari Allah sebagai pucuk pimpinannya. Ini masalah kami dulu. Ada sementara pihak yang mengira Yesus akan mendirikan pemerintah baru lengkap dengan pasukannya segala. Apa di zaman kalian tak ada kecenderungan seperti itu?
GUS: Apa dampaknya bagi kehidupan yang di sini sekarang?
MATT: Ah, diskusikan soal itu dengan dosen teologi sosial, mereka lebih tahu daripada penulis Injil. Tapi kalau boleh kukatakan, justru karena tidak masuk dalam sistem dunia ini maka kehadiran Kerajaan tadi dapat menjadi arahan batin orang yang mau bekerja sama meluruskan bumi ini. Eh, tergoda aku oleh gagasan menyelaraskan langkah dengan yang di atas sana itu, mengarah sama dengan yang di arah yang di atas sana itu, gitu dah ibaratnya.
GUS: Lewat baptisan roh dan api dalam pengertian yang kaujelaskan di atas?
MATT: Tentu saja, asal tidak begitu saja diartikan menjadi membaptis orang! Tapi ah tak usah kucampuri urusan pengaturan agama. Injil kan sumber inspirasi.

TUMBUH DAN BERBUAH

Masih sempat kami diskusikan kata-kata keras Yohanes Pembaptis terhadap orang Farisi dan orang Saduki yang datang minta ikut dibaptis (Mat 3:7-10). Kepala mereka seolah-olah diguyur air dingin supaya tidak mimpi bakal bisa lepas dari murka Tuhan kelak. Status keturunan Abraham bukan jaminan agar selamat. Yang perlu diusahakan, seperti ditegaskan sang Pembaptis (ay. 8) yakni, "...hasilkan buah-buah yang sesuai dengan pertobatan!" Ungkapan "menghasilkan buah" itu amat dalam maknanya. Pertobatan saja belum cukup, meniatkan yang baik masih perlu tumbuh terus menjadi pohon, berbunga, mekar dan berbuah, tidak mandek, mandul, kopong dan mengering. Bila tak menghasilkan buah, pohonnya hanya akan dikapak sampai ke akar-akarnya dan dimusnahkan (ay. 10). Ini peringatan bagi mereka yang picik batinnya, yang tak punya kepedulian yang sungguh akan hadirnya Yang Ilahi. Mereka itu orang-orang yang tidak mau membiarkanNya datang merasuki batin serta menumbuhkan niat untuk berbuah.

Salam hangat,
A. Gianto

Sumber: MIRIFICA
Lanjut...

Renungan Harian 4 Desember 2010

Bacaan:

Yes. 30:19-21,23-26;
Mzm. 147:1-2, 3-4, 5-6;
Mat. 9:35-10:1,6-8
Renungan

Beberapa tahun terakhir ini, jumlah orang katolik berkembang dengan cukup pesat. Paroki-paroki dan gereja baru terbentuk di mana-mana. Sementara itu jumlah imam tetap sedikit. Malah ada kecenderungan bahwa jumlah imam dan para pelayan iman, semakin berkurang.

Setiap pengikut Kristus, pada hakekatnya adalah misionaris. Ia dipanggil untuk menjadi perpanjangan tangan Tuhan; untuk penjadi pelanjut karya-karya Allah.

Itulah tugas kita yang menyebut diri orang Kristen. Dalam Injil hari ini, Yesus mengingatkan akan panggilan dan tanggungjawab ini. Ada banyak orang membutuhkan uluran tangan kita. Ada banyak domba yang membutuhkan penggembalaan kita. Ada banyak umat yang membutuhkan pendampingan kita. Sementara tugas dan panggilan mendesak, jumlah mereka yang dipanggil secara khusus sangatlah terbatas. Karena itu setiap kita yang mengaku sebagai murid Kristus, tidaklah boleh berpangku tangan.

Kita mempunyai tanggungjawab bersama untuk menggembalakan umat pilihan. Kita dipanggil untuk mengembangkan diri, mendalami ajaran Kristus, mempelajari dan mendengar sabda Tuhan supaya kita mampu menolong sesama yang membutuhkan bantuan kita dengan cara kita sendiri.



(Renungan Harian Mutiara Iman 2010, Yayasan Pustaka Nusatama)
Lanjut...

Renungan Harian 3 Desember 2010

Bacaan:

1Kor. 9:16-19,22-23;
Mzm. 117:1,2;
Mrk. 16:15-20.
Renungan

Hari ini gereja merayakan pesta Santo Fransiskus Xaverius, seorang imam dan misionaris. Ia rela meninggalkan keluarga dan kampung halaman untuk mewartakan Injil kepada segala bangsa. Santo Fransiskus Xaverius meninggalkan Eropa menuju Asia, bahkan sampai ke Indonesia. Ia wafat di tanah misi demi tugas panggilannya sebagai murid Kristus.

Injil hari ini berisikan perintah Yesus kepada para muridNya untuk pergi mewartakan Injil kepada segala bangsa. Perutusan ini disertai janji penyertaanNya sampai ke mana pun mereka pergi. Yesus membekali para murid selain dengan iman juga dengan kuasa untuk menyembuhkan, untuk mengalahkan kejahatan dan berbicara dalam bahasa asing.

Kita semua, para murid Kristus adalah saksi. Kita membawa kesaksian ke mana saja kita pergi dan berada. Sebab Yesus sendiri akan menyertai kita sampai akhir zaman. Yesus tak akan pernah membiarkan kita berjuang sendirian.

(Renungan Harian Mutiara Iman 2010, Yayasan Pustaka Nusatama)
Lanjut...

Rabu, 01 Desember 2010

Renungan Harian 2 Desember 2010

Bacaan:

Yes. 26:1-6;
Mzm. 118:1,8-9,19-21,25-27a;
Mat. 7:21,24-27.
Renungan:

Masa advent membantu kita mempersiapkan diri untuk kedatangan Tuhan, secara liturgis melalui perayaan kenangan kelahiran Yesus di Betlehem; juga sebagai masa mempersiapkan diri akan kedatangan Tuhan di akhir zaman; juga akan kedatangan Tuhan melalui peristiwa kematian kita yang kita tidak ketahui.

Maka, masa advent sangatlah indah dan membantu kita, mempersiapkan sebuah perjumpaan pribadi dengan Tuhan yang akan datang menjumpai kita atas pelbagai cara.

Kata-kata Yesus di atas mengingatkan kita dengan terus terang, bahwa menyebut-nyebutkan atau memanggil-manggil nama Tuhan, bukanlah jaminan kita akan otomatis masuk surga. Yesus mengecam aliran NATO: no action, talk only!

Tak cukup mendengar kehendakNya, tak cukup mengaku diri pengikutNya; lengkapilah dengan tindakan nyata, mempraktekkan kehendakNya. Banyak orang suka berhenti pada kekaguman, keter pesonaan, kepuasan emosional, kepuasan telinga. Yesus menuntut lebih: Jadilah pelaksana, bukan pendengar (Yak 1:22).

Hari-hari pertama masa Advent ini mengajak kita untuk tidak menjadi orang yang ‘lain di bibir lain di hati lain di aksi'. Seperti seorang anggota militer kepada atasannya, mari kita berujar: ‘siap, kerjakan!'



(Renungan Harian Mutiara Iman 2010, Yayasan Pustaka Nusatama)
Lanjut...

Renungan Harian 1 Desember 2010

Bacaan:

Yes. 25:6-10a;
Mzm. 23:1-3a,3b-4,5,6;
Mat. 15:29-37
Renungan:

Penginjil Matius sering menggunakan ungkapan ‘naik ke atas gunung/bukit' dalam Injilnya. Dalam kisah pencobaan (4:8), khotbah di atas bukit (Mat 5:1 dan seterusnya), peristiwa transfigurasi (17:13). Bagi Matius, gunung atau bukit adalah simbol tempat Allah berkuasa, mewahyukan diri, menunjukkan kemuliaanNya.

Gunung adalah tempat perjumpaan yang intim dengan Allah, tempat penting dalam hidup dan karya Yesus, sumber Ia menunjukkan kekuasaanNya. Ingat saja gunung Golgota! Setiap pengikut Kristus mestinya juga mempunyai tempat khusus sebagaimana Yesus memiliki dan memilih gunung/bukit. Perlu ada sebuah ‘gunung suci', sebuah tempat suci, puncak dan sumber hidup, tempat berjumpa Allah secara pribadi, tempat menimba kekuatan baru dari perjumpaan tersebut.

Tempat kita mengungkapkan kegentaran kita akan hadirat-Nya dan keterpesonaan kita akan kemuliaanNya serta semangat baru kita untuk pergi atas namaNya. Beato Dionisius dan Redemptus, misionaris di Indonesia, meninggalkan tanah airnya, membawa kabar gembira di Indonesia: Indonesia menjadi ‘gunung kudus' mereka tempat mereka menerima mahkota kemartiran. ‘Gunung kudus' kita adalah rumah kita, gereja kita, tempat kerja kita, komunitas kita.


(Renungan Harian Mutiara Iman 2010, Yayasan Pustaka Nusatama)
Lanjut...